Renungan Selasa, 1 September 2015

Renungan Selasa, 1 September 2015, Hari Biasa, Pekan Biasa XXII

O.Carm : Pfak.S. Maria Margareta Redi, Prw
OCD :Pw. S.Maria Margareta Redi, Prw

Bacaan I : 1Tes 5:1-6,9-11

Berjaga-jaga
5:1 Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, 5:2 karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam. 5:3 Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman — maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin — mereka pasti tidak akan luput. 5:4 Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, 5:5 karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. 5:6 Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.
5:9 Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, 5:10 yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia. 5:11 Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.

Mazmur 27:1,4,13-14

Refren: Aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang hidup.

Mazmur:

* TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?

* Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, satu itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.

* Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!

Bacaan Injil : Luk 4:31-37

Yesus dalam rumah ibadat di Kapernaum
4:31 Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. 4:32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. 4:33 Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: 4:34 “Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” 4:35 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!” Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. 4:36 Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: “Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar.” 4:37 Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.

Renungan:

Berjaga-jaga.
Permasalahan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya di jemaat Tesalonika ternyata bukan masalah tanggal, atau hari dalam kalender. Sebab kualitas kehidupan setiap orang yang percaya tidak dikendalikan oleh kalender, tetapi ditentukan oleh Kristus yang bangkit. Setiap orang yang mencintai Yesus, hidupnya pasti akan dikendalikan oleh kasih cinta Yesus, dan itu menghidupi sebuah kualitas kehidupan yang benar-benar indah. Itulah sebabnya teks ini menganjurkan agar jemaat Tesalonika selalu berjaga-jaga (ayat 6).

Hal yang paling penting saat ini untuk orang-orang Kristen pahami ialah bukan kapan langit terbuka dan Kristus turun dari langit, tetapi apakah kita telah memiliki iman yang hidup, berani memihak kebenaran dan menolak hal-hal yang tidak benar, memiliki hati yang tenang dan siap melayani (ayat 8)? Kedatangan Tuhan menghadirkan sukacita besar dan bukan saat-saat yang menakutkan. Pertanyaannya ialah apakah kita semua sedang berjaga-jaga, siap seperti prajurit yang lengkap dengan segala persenjataan dan siap untuk bertempur, atau sedang tertidur lelap?

Iman kita, orang-orang percaya saat ini pun tidak boleh dibangun di sekitar hal-hal yang tidak penting seperti tanggal dan hari. Tetapi iman kita harus menyikapi serius hal-hal yang urgen sehingga kita akan bereaksi tepat dan tanggap. Masalahnya ialah sudah terlambat mempersiapkan diri untuk ujian ketika kertas ujian sudah ada di depan kita. Sudah terlambat untuk membangun rumah yang kokoh, kalau badai topan sedang melanda kehidupan. Jangan seperti lima anak dara yang bodoh, yang harus kehabisan minyak sehingga pada waktu kedatangan sang mempelai, saat dimana pelita tersebut memang benar-benar dibutuhkan, pelita mereka padam.

Orang yang punya waktu untuk menghitung-hitung hari dan waktunya, berarti sedang tidak bekerja melayani Tuhan. Andakah orangnya itu?

Mazmur,Hanya Tuhan penolongku.

Dalam zaman yang serba tidak pasti dan penuh ancaman ini, apakah yang menjadi andalan Anda? Bersama pemazmur, mari kita nyatakan keyakinan bahwa Tuhan adalah persandaran yang teguh dan yang satu-satunya (ayat 1-6). Keyakinan demikian akan memberanikan kita untuk datang dan memohon pertolongan-Nya (ayat 7-14).

Pemazmur mulai dengan pertanyaan retoris, “Jika Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng hidupnya, kepada siapakah dia harus takut?” Ketiga lambang ini menegaskan sifat Allah. Terang melambangkan kehadiran Allah yang mengenyahkan kegelapan, sekaligus memberi rasa aman. Keselamatan jelas merupakan akibat dari perlindungan Tuhan. Sedangkan benteng menggambarkan pertahanan dan perlindungan yang kokoh terhadap serangan musuh.

Di manakah tempat perlindungan paling aman bagi anak-anak Tuhan (ayat 4-6)? Tentu di rumah Tuhan! Dua kata dipakai di sini, yaitu rumah Tuhan dan bait-Nya. Yang dimaksud bukanlah wujud fisik melainkan kehadiran dan penyertaan Tuhan atas umat-Nya, yakni ketika umat beribadah dan Dia menyatakan berkat-Nya. Bandingkan dengan keyakinan pemazmur untuk tinggal selamanya di rumah Tuhan (Mzm. 23:6). Dengan keyakinan seperti inilah pemazmur berani meminta pertolongan Tuhan atas semua kesesakan yang ia alami (ayat 12). Delapan kata kerja dipakai untuk mengajukan permohonannya (ayat 7, 9, 11-12), diselingi dengan motivasi yang mendorong pemazmur bermohon: “wajah-Mu kucari, ya Tuhan” (ayat 8). Mencari wajah Tuhan berarti mencari perkenan-Nya. Kalau Tuhan berkenan, pasti Ia menolong.

Keyakinan pemazmur kiranya menjadi keyakinan sekaligus komitmen Anda. Pertolongan manusia terbatas baik oleh daya, waktu, dan juga kemauan (ayat 10). Saat kesusahan datang, ingat dua hal: sifat Tuhan yang peduli dan mau menolong umat-Nya, dan bahwa Dia pernah menolong Anda. Katakan, ‘Tuhan aku percaya pada-Mu’ (ayat 13) dan nantikanlah pertolongan-Nya (ayat 14)!

Injil hari ini, Kuasa firman.

Khotbah yang bisa menjadi berkat dan memberikan dampak pertobatan dalam hidup para pendengarnya adalah khotbah yang dipenuhi oleh kuasa Roh Tuhan. Hamba Tuhan yang diurapi Roh Tuhan pun akan menyampaikan khotbah yang penuh kuasa.

Setelah peristiwa penolakan-Nya di Nazaret, Yesus menuju kota Kapernaum dan berkhotbah di sana. Semua orang yang mendengar-Nya menjadi kagum karena perkataan Yesus yang berkuasa (ayat 32). Kuasa perkataan Yesus bukan hanya dalam pengajaran yang benar dan berotoritas, tetapi juga mewujud dalam otoritas terhadap kuasa-kuasa gelap.

Ada hal menarik di sini, yaitu bahwa roh jahat hadir dalam rumah ibadat itu untuk mendengarkan Yesus berkhotbah. Bahkan roh jahat itu mengenali Yesus sebagai “yang kudus dari Allah”. Oleh karenanya, ia sangat ketakutan dan tidak berdaya ketika dihardik oleh Yesus. Roh jahat itu segera keluar dari tubuh orang yang dirasuknya dengan tidak menyakitinya sedikitpun (ayat 34-35).

Setiap orang Kristen yang diurapi oleh Roh Kudus, yang mempelajari firman Tuhan dengan baik dan benar, akan diperlengkapi dengan kuasa Roh untuk memberitakan firman. Tidak hanya itu, kuasa dan otoritas yang menyertai pemberitaan firman itu selain mengubah setiap orang yang mendengar, juga akan menempelak kuasa-kuasa gelap yang mencoba melawan Allah dan hamba yang diurapi-Nya.

Oleh karena itu, setiap orang Kristen seharusnyalah memperlengkapi diri agar layak dipakai Tuhan. Lalu dengan rendah hati memohon urapan Tuhan agar pelayanan kita memberitakan firman Tuhan menjadi berkuasa dan berotoritas. Akibatnya akan banyak orang yang mendengarkan firman Tuhan dan diubahkan hidupnya.

Renungkan: Apakah pelayanan Anda disertai dengan kuasa dan otoritas Firman? Apa tanda-tanda yang menyertai pelayanan Anda?

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah menganugerahkan kepada kami Karunia-Mu yang paling besar dan agung, yaitu Roh Kudus-Mu sendiri, yang mengajar dan melatih kami untuk melaksanakan tugas kami sebagai garam bumi dan terang dunia, agar dengan demikian dunia dapat percaya bahwa Engkau datang ke tengah dunia untuk menyelamatkan kami dan memberikan kepada kami semua di dunia kehidupan kekal. Amin. (Lucas Margono)

September1

Renungan Senin, 31 Agustus 2015

Renungan Senin, 31 Agustus 2015, Hari Biasa, Pekan Biasa XXII

Bacaan I : 1Tes 4:13-17a

Kedatangan Tuhan
4:13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. 4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. 4:15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. 4:16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; 4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

Mazmur 96:1,3,4-5,11-12,13

Refren: Tuhan akan datang menghakimo dunia dengan adil.

Mazmur:

* Nyanyikanlah lagu baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa kisahkanlah karya-karya yang ajaib di antara segala suku bangsa.

* Sebab mahabesarlah TUHAN dan sngat terpuji, Ia lebih dahsyat dari pada segala dewata. Sebab segala allah para bangsa adalah hampa, tetapi Tuhan, Dialah yang menjadikan langit.

* Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai, biarl gemuruhlah laut serta segala isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, dan segala pohon di hutan bersorak-sorai

* Biarlah mereka bersukacita di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.

Bacaan Injil : Luk 4:16-30

Yesus ditolak di Nazaret
4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 4:18 “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” 4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” 4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” 4:23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” 4:24 Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 4:25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 4:26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 4:27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” 4:28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 4:29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Renungan:

Kedatangan Tuhan.
Gereja perdana memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan dan pasti, bahwa sebentar lagi Kristus segera akan kembali. Bahkan ada yang berkeyakinan sebelum mereka meninggal dunia Kristus sudah datang kembali.
Pengharapan ini: [1] membuat mereka kuat dan tegar dalam masa-masa penganiayaan; [2] mewarnai semangat dan keberanian mereka dalam bersaksi dan melayani; [3] mendorong dan menyegarkan kehidupan mereka, sehingga mereka memiliki iman yang teguh di tengah badai.

Namun jemaat Tesalonika mempunyai pertanyaan mengenai nasib saudara- saudara mereka yang telah meninggal lebih dahulu. Mereka berduka karena mengira saudara-saudara mereka itu tidak akan bertemu dengan Kristus lagi (ayat 13). Paulus menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan bahwa baik yang sudah lebih dahulu meninggal maupun yang masih hidup ketika Kristus datang, kedua-duanya akan bertemu dengan-Nya dan tinggal bersama-Nya selama-lamanya (ayat 14-17). Tersirat dari teks ini bahwa Paulus memberikan penghiburan dan kekuatan kepada jemaat Tesalonika, bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, mati atau hidup semuanya kita alami karena Kristus, dengan Kristus, melalui Kristus dan bersama-sama Kristus.

Agama Kristen adalah agama pengharapan. Itulah sebabnya orang Kristen penuh dengan optimisme Injil. Ia memproklamirkan nilai-nilai yang kreatif dan positif. Kekristenan menekankan anugerah bukan dosa, pengampunan bukan hukuman, kasih sayang bukan penghakiman, kemenangan bukan kekalahan, hal-hal yang abadi bukan yang temporal. Pusat dari semua pengharapan ini adalah Kristus yang bangkit. Ia hidup sekarang, memberikan inspirasi, membebaskan dan menyelamatkan.

Renungkan: Yesus Kristus sudah bangkit untuk selama-lamanya. Itulah Injil pengharapan, tentang Yesus yang hidup, yang selalu memberikan kita kekuatan.

Mazmur, Rajakanlah Tuhan.
Sepanjang masa manusia memimpikan adanya suatu dunia bertatanan sosial yang ideal. Namun, impian ini tidak kunjung mewujud. Dunia yang telah memberontak kepada Allah serupa rimba liar yang di dalamnya manusia menjadi serigala bagi sesamanya. Namun, orang beriman tidak beralasan untuk melepas pengharapan akan dunia yang lebih baik. Dunia ini bukan neraka, dan Allah terus melakukan perbuatan-perbuatan besar-Nya yang menyatakan bahwa Dialah yang Raja, bukan kejahatan. Orang beriman melihat bahwa Allah terus memerintah sejarah dunia ini hingga puncaknya kelak, saat segenap isi dunia mengakui dan mengalami sepenuhnya ke-Raja-an Allah.

Enam kali diserukan agar umat Tuhan menyanyi bagi Tuhan, mengabarkan keselamatan yang dari-Nya, dan menceritakan kemuliaan-Nya (ayat 1-3). Allah yang besar, dahsyat mengatasi segala allah (ayat 4), agung, kuat, dan mulia (ayat 6), yang telah melakukan perbuatan- perbuatan yang ajaib, mencipta (ayat 5), menyelamatkan umat-Nya (ayat 3), memerintah bumi dengan adil, dan menjadikan dunia ini tempat yang serasi dengan keadilan dan kemuliaan-Nya (ayat 10-13) adalah alasan dan tujuan puji-pujian tersebut. Umat Tuhan wajib menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan (ayat 1). Yang dimaksud dengan “nyanyian baru” mungkin adalah nyanyian yang mengakui pemerintahan Allah atas segala sesuatu seperti yang disenandungkan dalam mazmur ini (ayat 10), dalam kaitan dengan pekerjaan Allah dalam sejarah, dan dengan mengantisipasi apa yang akan Allah buat untuk menegakkan keadilan dan menyempurnakan ciptaan-Nya (ayat 11-13). Karena itu, seruan ini bukan hanya ditujukan bagi umat Tuhan, tetapi kepada segenap bumi (ayat 1), segala bangsa (ayat 3a), semua manusia (ayat 3b), dan segenap unsur ciptaan (ayat 11-12).

Di dalam puji-pujian kolosal kepada Allah yang mulia ini, semua kekuatan dalam semesta ini, tampak ataupun tidak tampak, alami ataupun supraalami, politis-ekonomi ataupun rohani, semuanya tunduk rendah terlucut dari pengilahian atau pemujaan diri di hadapan Allah satu-satunya, Raja yang mulia dan patut dipuji. Bumi baru yang adil dan mulia adalah bumi yang di dalamnya pemerintahan Allah diakui penuh.

Umat Tuhan memelopori liturgi semesta kepada Allah dengan memberitakan kabar baik tentang karya keselamatan Allah kepada sesamanya.

Injil hari ini, Mesias dan kaum tersingkir
Perikop ini memuat tema utama Injil Lukas, yakni misi pelayanan Yesus untuk “menyampaikan kabar baik kepada orang miskin” sebagai penggenapan dari Yes. 61:1-2 (18-21). Tema utama ini melandasi seluruh tindakan dan ajaran Yesus yang Lukas tuturkan di dalam Injilnya.
Yesus adalah Mesias, yang diurapi dan diutus Allah untuk melaksanakan misi penyelamatan Allah. Dengan tegas Ia memproklamirkan diri ketika menyatakan bahwa, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Ia telah mengutus Aku.” Tugas “menyampaikan kabar baik” terdiri atas empat kegiatan (18-19), yang sekaligus menjelaskan siapa yang dimaksud dengan “orang miskin”, yakni mereka yang “tertawan, buta, dan tertindas”. Dalam masyarakat zaman itu, yang termasuk di dalamnya adalah orang-orang yang lemah, kekurangan, miskin, tersisih, terkucil, tanpa status sosial, tanpa kuasa dan difabel (LKMTD).

Yesus memberitakan “pembebasan” kepada yang tertawan dan tertindas, (19 a, c). Dalam konteks Injil Lukas pembebasan selain arti rohani (pengampunan dari dosa), juga bermakna sosial. Ia menghadirkan “tahun rahmat Tuhan” (19 d). Ungkapan ini sering dipakai untuk tahun Yobel (Im. 25:10), yakni tahun pembebasan bagi kaum miskin yang ditindas oleh sebab utang-utang mereka. Kepada yang buta, Yesus membawa penyembuhan (19 b), baik dari kebutaan fisik (bdk. Luk. 18:35-43) maupun kebutaan rohani. Mereka yang buta rohani akan melihat “terang keselamatan dari Tuhan” di dalam Yesus (Luk. 1:78-79; 2:29-32; 3:6). Yesus membawa kabar baik Kerajaan Allah, tidak terbatas untuk orang Yahudi saja, tetapi juga untuk orang bukan Yahudi, seperti yang telah dirintis oleh nabi Elia dan Elisa (25-27).

Hidup dan tindakan Yesus adalah kepedulian dan campur tangan Allah menyelesaikan masalah-masalah manusia.

Renungkan: Yesus, Sang Juruselamat, menganugerahkan pengampunan dosa dan kesembuhan bagi semua orang.

DOA: Tuhan Yesus, berikanlah kepadaku telinga yang mau dan mampu mendengar dan hati yang mau dan mampu mendengarkan sabda-Mu dalam Kitab Suci, sabda kasih-Mu dan sabda-Mu yang menyemangatiku. Datanglah, ya Tuhan Yesus, dan ajarlah aku. Amin.(Lucas Margono)

Agustus31

Renungan Minggu, 30 Agustus 2015

Renungan Minggu, 30 Agustus 2015, Hari Minggu Biasa, Pekan Biasa XXII

Bacaan I : Ul 4:1-2,6-8

Musa menasihati bangsa itu memelihara hukum Allah

4:1 “Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu. 4:2 Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu.
4:6 Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. 4:7 Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti TUHAN, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? 4:8 Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?

Mazmur 15:2-3a,3cd-4ab.5

Refren: Tuhan, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu?

Mazmur:

* Orang yang berlaku tidak tercela, yang melakukan apa yang adil dan mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya.

* Orang yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang-orang tercela, tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang takwa, yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi.

* Orang yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya.

Bacaan II : Yak 1:17-18,21b-22,27

1:17 Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. 1:18 Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.

Pendengar atau pelaku firman
1:21b Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. 1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. 1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Bacaan Injil : Mrk 7:1-8,14-15,21-23

Perintah Allah dan adat istiadat Yahudi
7:1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. 7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. 7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; 7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. 7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” 7:6 Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. 7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
7:14 Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: “Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. 7:15 Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.”
7:21 Sebab dari dalam hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, 7:22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. 7:23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

Renungan:

Cinta itu eksklusif.
Hubungan antara Allah dan Israel dapat digambarkan sebagai hubungan antarkekasih. Allah begitu mengasihi Israel dan memberikan yang terbaik baginya. Allah menuntut pula kesetiaan dan cinta yang tak terbagi dari Israel. Setelah Musa mengingatkan bangsa Israel tentang sejarah mereka, mulai pasal ini ia menasihatkan mereka untuk menaati hukum-hukum Allah agar mereka hidup.

Allah mencintai bangsa Israel dengan pemeliharaan-Nya yang begitu indah. Ia juga memberikan hukum pengajaran-Nya yang unik, yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain (ayat 5-8). Dengan hukum-hukum ini, bangsa Israel akan menjadi bangsa yang besar (secara spiritual, bukan kuantitas). Ketika mereka menaati hukum-hukum tersebut, Allah akan menjadi dekat dan menolong mereka — suatu keajaiban bagi bangsa-bangsa lain (ayat 7). Hukum-hukum itu sendiri sempurna dan unik (ayat 8), misalnya adanya peraturan- peraturan mengenai perlakuan yang baik terhadap orang asing dan tidak adanya hukuman mati bagi kejahatan ekonomi — sesuatu yang berbeda dibandingkan peraturan bangsa-bangsa lain.

Hanya Allah yang patut dicintai dan disembah. Untuk itu, bangsa Israel harus mengingat semua hukum-Nya dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya. Itulah sebabnya dua loh untuk sepuluh perintah Allah dibuat dari batu — agar hukum- hukum itu permanen. Allah menginginkan agar bangsa Israel tidak menyembah apa pun yang berada di dalam alam ciptaan (ayat 15-20) meskipun mengatasnamakan Yahweh. Hanya Yahweh yang patut disembah. Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa Ia adalah Allah yang cemburu (ayat 24). Ia berharap bangsa Israel yang akan masuk ke Tanah Perjanjian tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Tuhan mencintai Anda dengan begitu istimewa, memberikan semua yang terbaik bagi Anda. Masakan Anda masih menomorduakan Dia?

Mazmur, Layak di hadapan Tuhan.

Bagaimana kehidupan doa dan ibadah Anda kepada Tuhan? Jika Anda menyejajarkannya dengan ungkapan pemazmur dalam pasal ini, apakah Anda termasuk orang yang boleh menumpang di dalam kemah Tuhan?
Pemazmur menampilkan sejumlah karakter orang yang layak di hadapan- Nya. Kelompok karakter yang pertama (ayat 2-3) terdiri dari tiga positif: tidak bercela, adil, dan mengatakan kebenaran dengan segenap hati (ayat 2), dan tiga negatif: tidak menyebar fitnah, tidak berbuat jahat, dan tidak menimpakan cela (ayat 3). Kelompok karakter yang kedua (ayat 4-5) terdiri dari dua positif: memandang hina orang yang tersingkir (dari hadapan Allah = orang yang menolak firman Allah) dan memuliakan orang yang takut akan Tuhan (ayat 4a), dan tiga negatif: tetap setia pada sumpah (yang teledor) walau rugi, tidak meminjamkan uang dengan bunga, dan tidak menerima suap (ayat 4b,5). Orang yang berkarakter seperti di atas hidupnya berkenan kepada Tuhan (ayat 5b) Pemazmur menyadari bahwa untuk layak di hadapan Tuhan yang suci, hidup seseorang haruslah suci juga. Masalahnya, siapakah orang yang dapat sempurna sedemikian? Jawabannya, jelas tidak ada. Seperti yang sudah diulas dalam Mazmur 14, tidak seorang pun yang baik, apalagi mencari Allah. Yang melayakkan seseorang di hadapan Allah adalah anugerah dan kasih Allah.

Mazmur ini menunjukkan kepada kita betapa erat hubungan antara doa dan hidup, antara ibadah dan melaksanakan kehendak-Nya. Tidak ada doa dan ibadah yang benar kalau itu tidak dipersiapkan dan didukung hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.

Kesungguhan ibadah Kristen terletak dalam kasih. Kasih harus mendukung ibadah kita dan sebaliknya, ibadah harus bermuara dalam kasih. Kasih Kristus harus selalu menjadi sumber pertobatan kita setiap kali kita datang menghadap-Nya dalam doa dan ibadah.

St. Yakobus dalam bacaan kedua menyatakan untuk jangan pernah meragukan kebaikan Allah meski sedang mengalami pencobaan yang berat sekali pun. Karena yang datang dari atas adalah pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna belaka (17). Orang Kristen harus berpegang pada keyakinan tersebut sebab Allah terang adanya. Tidak akan pernah terjadi, dari terang lahir atau keluar kegelapan (17a). Allah bukan hanya terang adanya, Ia pun tidak berubah, bukan seperti ciptaan yang dapat berubah (17b).

Sifat Allah yang terang dan kekal itu menyebabkan kehendak-Nya selalu bertujuan baik. Hal itu nyata dalam firman-Nya. Bahkan firman kebenaran dari Allah juga merupakan prinsip, melalui mana Allah berkarya dan bertindak. Bahwa orang Kristen mengalami kelahiran baru dan menjadi anak sulung, sebagai hasil karya pembaruan Allah, menjadi bukti bahwa Allah itu baik, benar dan terang adanya! Karena hidup baru di dalam Kristuslah yang merupakan anugerah terbesar Allah bagi orang percaya.

Bagaimana respons kita saat jatuh ke dalam pencobaan? Milikilah harapan pada Allah tentang hal-hal baik yang akan terjadi dalam hidup kita, karena Dia senantiasa mengerjakan hal terbaik dalam hidup umat-Nya. Berharap pada-Nya akan mengarahkan hati kita untuk tidak terfokus pada masalah, tetapi pada pekerjaan-Nya yang penuh kuasa dan ajaib!

Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinya.
Aku bersaksi dengan kata, tapi juga dengan karya menyampaikan kasih Allah yang sejati”. Hal ini mengingatkan tentang hal yang sesungguhnya harus orang Kristen lakukan, yaitu menjadi pendengar sekaligus pelaku firman Tuhan. Yakobus memberi penjelasan penting lainnya tentang arti berbahagia yang sesungguhnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua Kristen “berbahagia” mendengar penjelasan ini.

Ketidakbahagiaan ini lebih disebabkan oleh sikap penolakan diri untuk menjadi pelaku firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Penolakan ini bukan disebabkan oleh ketidakmampuan melakukan tetapi karena ketidakmauan! Orang-orang yang seperti ini lebih senang menuruti kehendak hati dan kebenaran dalam persepsi diri sendiri daripada menuruti kehendak dan kebenaran Allah.

Menjadi pendengar atau pelaku bukanlah merupakan pilihan bagi orang Kristen dan hal ini tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yakni firman Tuhan. Jadi dapat dipastikan bahwa pernyataan dan peringatan Yakobus ini berhubungan erat dengan tema: “Orang Kristen dan Firman-Nya”. Bagaimana orang Kristen tahu kebenaran dan prinsip-prinsip hidup Kristen yang sesuai dengan firman-Nya, selain dari membaca dan mendengar firman-Nya. Namun apa gunanya pengetahuan tanpa aplikasi? Tidak ada! Jika demikian pengetahuan tentang kebenaran ini seharusnya nyata dalam tindakan-tindakan dan perilaku yang bercermin dan mencerminkan firman-Nya. Kedua proses ini tidak berlaku sebaliknya atau dapat dipisahkan. Mendengar tanpa berbuat seperti orang yang bercermin tapi kemudian lupa apa yang dilihatnya. Sebaliknya tanpa membaca dan mendengar firman-Nya, orang tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Menjadi pendengar dan pelaku firman akan membongkar sifat lama dan dosa yang masih menempel, dan menggantinya dengan sifat baru dan buah Roh.
Renungkan: Bagaimana kehidupan kekristenan Anda, berapa kali Anda bercermin kepada kebenaran firman-Nya namun kemudian melupakannya. Firman yang Anda baca, renungkan, dan gali setiap hari, sampai dimanakah fungsi kebenaran- Nya? Tanggapan berupa ketaatan yang akan membuka kesempatan agar kuasa firman-Nya menyempurnakan kita.

Injil hari ini, Cuci tangan sebelum makan.
Salah satu cara untuk berbicara mengenai keseluruhan sistem makna disebut sistem kemurnian, sistem murni (pada tempatnya) dan tidak murni (tidak pada tempatnya) atau sistem tahir/halal (pada tempatnya) dan najis/haram (tidak pada tempatnya). Hal-hal ini bisa dikenakan ke individu, kelompok, benda, waktu, dan tempat.

Kontroversi yang terjadi antara Yesus dan orang-orang Farisi (dan juga ahli-ahli kitab dalam Markus) mengenai norma-norma kemurnian dapat kita perhatikan di keseluruhan Injil. Yesus tidak menaati peta waktu (Sabat, 3:1-6), atau peta tempat (ayat 11:15-16). Ia melanggar peta individu juga: menyentuh orang kusta (ayat 1:41), wanita yang menstruasi (ayat 5:25-34), dan mayat (ayat 5:41). Yesus melampaui peta hal ketika ia menolak upacara pembasuhan tangan (ayat 7:5). Bertentangan dengan peta makan, Yesus makan dengan pemungut cukai dan para pendosa (ayat 2:15). Dengan menolak peta-peta ini, Yesus menunjukkan penyangkalan-Nya terhadap sistem kemurnian yang berlaku waktu itu.

Hampir tidak mungkin bagi orang-orang nomad seperti Yesus dan murid- murid-Nya untuk senantiasa mematuhi hukum-hukum ketat ini, apalagi sebenarnya hukum pemurnian itu awalnya hanya untuk para imam. Yesus melihat bahwa esensi hukum bukanlah hukum itu sendiri, tetapi cinta kepada Allah dengan sepenuh hati (ayat 7:6; Ul. 6:4). Orang-orang Farisi lebih mementingkan tradisi oral daripada tunduk kepada Allah sepenuhnya — karena itulah mereka disebut munafik. Kemunafikan mereka juga ditunjukkan dengan membiarkan hukum oral mengenai persembahan lebih berkuasa daripada hukum ke-5 (ayat 7:10). Mereka kehilangan esensi keagamaan mereka.

Esensi keagamaan bukan hukum, tetapi relasi yang penuh kasih dengan Allah. Legalisme membuat manusia tersesat dalam peta-peta kehidupan!
Kemurnian hati

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengutamakan kesalehan yang bersifat lahiriah. Sebab itu upacara cuci tangan sebelum makan merupakan hal yang penting bagi mereka. Tangan yang tidak dicuci dianggap menajiskan makanan yang akan mereka makan.

Yesus menegur mereka dan mengatakan bahwa bukan yang masuk yang akan menajiskan orang. Apa yang keluar dari hati orang, itulah yang akan menajiskan dia (ayat 15). Bukan makanan yang membuat orang menjadi najis, meskipun makanan itu dimakan dengan tangan yang belum dicuci dalam suatu upacara. Kesucian hati bukanlah masalah mencuci atau tidak mencuci tangan, atau masalah boleh atau tidak boleh dimakan. Hal-hal itu tidak dianggap penting oleh Allah. Karena makanan hanya akan masuk ke perut, bukan ke hati. Maka pikiran yang kotorlah yang akan menajiskan orang, karena pikiran itu keluar dari hati (ayat 18-20). Di sini Yesus mengajarkan satu hal penting bahwa kesalehan yang hanya terlihat dari luar, adalah bahaya. Itu akan menjauhkan orang dari Allah dan membuat orang menjadi munafik.

Betapa parahnya penyelewengan pengajaran para pemimpin agama tersebut. Aturan Taurat yang mereka terima dari Allah berubah menjadi aturan cuci tangan, cawan, kendi, dan lain-lain (Mrk. 7:4). Kiranya hal ini menjadi peringatan bagi kita untuk waspada terhadap segala pengajaran, yang terdengar rohani dan mendukung pengajaran dalam Alkitab, tetapi sesungguhnya tidak bersumber dari Alkitab. Sekarang ini ada ajaran yang menyuruh orang untuk tidak berdoa pada jam dua belas malam. Karena saat itu merupakan saat setan bekerja. Maka doa yang dipanjatkan pada saat itu hanya akan didengar oleh setan dan bukan oleh Tuhan. Betapa sesatnya pengajaran semacam itu! Bukankah Tuhan berkuasa atas setiap jam? Dan bukankah Tuhan berkuasa atas Iblis? Mana mungkin Tuhan membiarkan Iblis mengambil alih doa-doa anak-anak-Nya? Maka waspadalah, jangan sampai kita ber-toleransi terhadap pengajaran semacam itu.

DOA: Bapa surgawi, aku menaruh kepercayaanku secara penuh di dalam Engkau dan rencana-Mu untuk hidupku. Terjadilah kehendak-Mu atas diriku, ya Allahku. Amin.(Lucas Margono)

Agustus30a

Renungan Sabtu, 29 Agustus 2015

Renungan Sabtu, 29 Agustus 2015, Pw.Wafatnya S.Yohanes Pembaptis,
Pekan Biasa XXI

HHK : Pesta S.Yohanes Pembaptis,Mrt.

Bacaan I : Yer 1:17-19

1:17 Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka! 1:18 Mengenai Aku, sesungguhnya pada hari ini Aku membuat engkau menjadi kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga melawan seluruh negeri ini, menentang raja-raja Yehuda dan pemuka-pemukanya, menentang para imamnya dan rakyat negeri ini. 1:19 Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.”

Mazmur 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17

Refren: Mulutku akan menceriterakan keadilan-Mu.

* Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Lepaskan dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku!

* Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan diri; sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku. Ya Allah, luputkanlah aku dari tangan orang fasik.

* Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, Engkau kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH. Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkaulah yang telah mengeluarkan aku dari perut ibuku.

* Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu dan sepanjang hari mengisahkan keselamatan yang datang dari-Mu, sebab aku tidak dapat menghitungnya. Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib;

Bacaan Injil : Mrk 6:17-29

6:17 Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. 6:18 Karena Yohanes pernah menegor Herodes: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” 6:19 Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, 6:20 sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. 6:21 Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. 6:22 Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: “Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, 6:23 lalu bersumpah kepadanya: “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” 6:24 Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: “Apa yang harus kuminta?” Jawabnya: “Kepala Yohanes Pembaptis!” 6:25 Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!” 6:26 Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. 6:27 Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. 6:28 Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. 6:29 Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.

Renungan:

Yeremia-yeremia Indonesia.
Injil seringkali hanya dipandang sebagai berita yang mewartakan kesukacitaan, kedamaian, dan kabar baik bagi manusia sehingga seolah-olah Injil diyakini tidak mengandung berita yang menggoncangkan, meresahkan, dan mengancam kehidupan manusia. Itulah pemahaman yang salah tentang Injil.

Berita yang harus disampaikan oleh Yeremia kepada bangsa Yehuda mendukung pernyataan di atas. Berita itu sangat menyakitkan, meresahkan, dan mengancam mereka (14-16). Bagaimana mungkin bangsa pilihan Allah akan dihancurkan oleh bangsa-bangsa kafir? Berita yang mengusik kemapanan, menggoncang ‘status quo’, menjungkirbalikkan konsep-konsep yang sudah dianut masyarakat, hanya mendatangkan risiko yang tidak kecil bagi sang pembawa berita, mungkin nyawa pembawa berita itu menjadi taruhannya. Itulah sebabnya Yeremia gentar karena ia memahami risiko ini (17).

Allah pun sudah memahami reaksi apa yang akan ditunjukkan oleh Yeremia. Karena itu Allah menggunakan berbagai cara untuk menyentuh seluruh aspek pribadinya seperti fisik, imaginasi, intelektual, dan perasaan. Karena itu Allah menggunakan sentuhan fisik (9), permainan kata (11, 12), lambang-lambang dalam penglihatan (11, 13), puisi (15, 6), metapora-metapora yang membesarkan hati (18-19). Walau tidak disebutkan bagaimana akhirnya Yeremia bersedia memenuhi panggilan-Nya, namun pasal-pasal berikutnya menceritakan bagaimana ia menyatakan suara-Nya. Allah telah berhasil meyakinkan Yeremia betapa pentingnya berita bencana itu harus disampaikan kepada Yehuda supaya mereka nantinya dapat kembali menjadi umat pilihan Allah yang kudus dan taat. Yeremia terus mewartakan suara Allah walau tidak ada yang mendengar, walau dibuang dalam pengasingan, bahkan nyawanya menjadi taruhan.

Orang Kristen harus berperan seperti Yeremia di bumi Indonesia: mewartakan kebenaran yang akan membuat telinga para pejabat yang korupsi merah, membuat para pemimpin masyarakat yang menyalahgunakan kekuasaan seperti orang kebakaran jenggot, membuat para orang kaya yang kolusi dengan pejabat tidak bisa tidur nyenyak. Untuk itu mintalah agar Allah menyentuh seluruh aspek kepribadian Anda agar tetap berani dan tak henti-hentinya bersuara.

Mazmur, Jangan buang aku pada masa tuaku
Dalam cerita-cerita silat kita membaca bahwa ilmu silat yang tinggi dimiliki oleh pesilat berusia lanjut. Karena penguasaan ilmu yang makin tinggi, maka semakin lanjut usia semakin ia perkasa. Kita tahu bahwa ini tidak masuk akal, tetapi semacam takhyul belaka. Namun apa yang tidak benar ini kerap kita pegang dalam cara kita melihat kehidupan beriman. Kita kira bahwa jika sudah beriman sejak muda bahkan sejak kanak-kanak, pastilah di masa tua kondisi kehidupan beriman kita akan tangguh. Seumpama pesilat yang tenaga dalamnya makin mendekati sempurna, maka kita berpikir begitu juga kehidupan iman orang berusia lanjut.

Kesaksian pemazmur menyatakan bahwa harapan tadi adalah lamunan kosong. Bukan saja berbagai ancaman yang datang tidak berkurang, tetapi makin berbahaya (ayat 4). Meski sudah beriman sejak muda dan terus setia sampai tua, tetapi kondisi fisik melemah termakan usia sedikit banyak mempengaruhi ketangguhan mental orang yang lanjut usia. Maka pemazmur memohon agar Allah meluputkan dia dari cengkeraman orang keji, dari ejekan mereka (ayat 11). Ia memohon agar kekhawatiran manusiawi bahwa Allah akan membuang dia dengan jalan tidak menolongnya ketika kekuatannya semakin merosot bersama dengan bertambahnya usia, tidak terjadi.

Semakin hari usia makin bertambah. Mungkin sekarang belum, tetapi kelak kita akan menjadi tua. Saat itu ada masalah khas yang akan kita alami. Daya ingat dan konsentrasi mengalami penurunan. Suasana hati dipengaruhi emosi yang turun naik karena berbagai kemerosotan fungsi tubuh. Si musuh dengan berbagai taktik masih akan terus menyerang, menggoda, menghimpit kita. Lalu akankah kita terkapar? Tidak! Vitalitas iman kita tidak tergantung pada kondisi manusiawi kita, tetapi pada Sang gunung batu (ayat 3) yang telah menopang sejak kita dalam kandungan ibu (ayat 6) dan sampai kita tua Ia tidak berubah (Yes. 46:4). Maka saat kegentingan usia lanjut mulai mengintip, hanya dalam keperkasaan Allah kita dimampukan untuk memasyhurkan nama-Nya (ayat 15, 22).

Injil hari ini, Seperti Yohanes Pembaptis
Nama Yesus begitu termashyur sebagai akibat dari pelayanan keduabelas murid, yang disertai berbagai mukjizat (Mrk. 6:6-13). Maka ketika Yesus muncul, kabar tentang Dia segera tersiar ke seluruh daerah. Raja Herodes pun mendengar kabar tentang Yesus. Namun Herodes mengira bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit dari kematian.

Apakah inti pesan Markus bagi pembacanya sehingga ia menempatkan kisah ini di tengah-tengah kisah sukses penginjilan yang dilakukan kedua belas murid? Markus ingin pembacanya siap menghadapi kematian Yesus suatu saat nanti. Markus memang melihat Yohanes Pembaptis sebagai gambaran Yesus. Sama seperti tampilnya Yohanes Pembaptis untuk mempersiapkan kedatangan Yesus (Mrk. 1:2-11), begitulah kematiannya menggambarkan kematian Yesus juga. Meski Herodes salah mengira Yesus sebagai Yohanes yang “bangkit kembali” (ayat 16), suatu saat nanti Yesus memang akan bangkit (Mrk. 16:6-8). Seperti Yohanes yang dipenggal kepalanya meski tak bersalah (ayat 20), Yesus pun dihukum mati meski Ia tak melakukan kejahatan apapun (Mrk. 15:14). Seperti para murid Yohanes (ayat 29), seorang pengikut Yesus akan mengambil jenazah-Nya dan meletakkan jenazah-Nya di sebuah makam.

Lalu apa kaitan kisah ini dengan kita, yang hidup di zaman ini? Kita akan tertolong untuk mendapat jawabannya bila kita membaca Mat. 10:24 “Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya.” Artinya, tidak tertutup kemungkinan bahwa apa yang dialami oleh Yesus akan kita alami juga karena Dia adalah Guru kita. Setiap orang yang memberitakan bahwa Yesus adalah Juruselamat yang harus diterima melalui pertobatan, harus paham bahwa ada konsekuensi untuk pemberitaan itu. Perlawanan, aniaya, penjara, bahkan mungkin mati martir. Namun ini bukan alasan bagi seorang saksi Kristus sejati untuk merasa takut. Ini justru menjadi penghiburan karena merupakan suatu kehormatan bagi pengikut Kristus untuk ambil bagian dalam penderitaan-Nya. Siapkah kita untuk itu?

DOA: Roh Kudus Allah, murnikanlah hati dan pikiranku, agar supaya aku dapat menghayati suatu kehidupan yang menyenangkan Allah. Tolonglah aku agar dapat menghindar dari dosa dan kuatkanlah segala sesuatu yang baik yang ada pada diriku. Berikanlah aku rahmat agar dapat hidup dalam kemurnian-Mu sekarang, sehingga dengan demikian aku dapat hidup bersama-Mu selama-lamanya. Amin.(Lucas Margono)

Agustus29

Renungan Jumat, 28 Agustus 2015

Renungan Jumat, 28 Agustus 2015, Pw.S.Agustinus UskPujG

Bacaan I : 1Tes 4:1-8

Nasihat supaya hidup kudus
4:1 Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. 4:2 Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus. 4:3 Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, 4:4 supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, 4:5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, 4:6 dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. 4:7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. 4:8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.

Mazmur 97:1-2b,5-6,10,11-12

Refren: Bersukacitalah dalam Tuhan, hai orang benar.

Mazmur

* TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.

* Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.

* Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan! Dia, memelihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya, akan akan melepaskan mereka dari tangan orang-orang fasik.

* Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.

Bacaan Injil Matius 25:1-13

Gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh
25:1 “Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. 25:2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. 25:3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 25:4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. 25:5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. 25:6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! 25:7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. 25:8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. 25:9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. 25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. 25:11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! 25:12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. 25:13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”

Renungan:

Hidup berkenan kepada Tuhan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia tempat kita berpijak saat ini menyediakan begitu banyak fasilitas. Mulai dari yang menjanjikan masa depan sampai yang menjanjikan ketenangan, kenikmatan, dan kebahagiaan. Bahkan ada fasilitas-fasilitas penuh godaan sehingga manusia tergoda untuk melampiaskan hawa nafsu. Dalam kondisi seperti ini memang tidak mudah untuk anak-anak Tuhan mempertahankan hidup yang berkenan kepada-Nya. Namun bukan berarti kita tidak mampu mempertahankan kekudusan kita di hadapan.

Allah memanggil kita untuk hidup yang kudus dan bukan yang cemar (ayat 7). Menolak hidup berkenan kepada Tuhan sama saja dengan menolak Tuhan (ayat 4:8). Pada pasal-pasal sebelumnya Paulus telah memuji jemaat Tesalonika untuk kesetiaan dan ketekunan mereka menghidupi kehidupan Kristen mereka. Pada bagian ini, Paulus menasihati jemaat Tesalonika agar mereka lebih bersungguh-sungguh lagi melaksanakan hidup yang berkenan kepada Tuhan. Paulus kemudian memaparkan apa kehendak Tuhan bagi mereka: [1] “pengudusan dan menjauhi percabulan” diwujudkan dengan pernikahan yang monogamis dan terhormat (ayat 3-5); [2] memperlakukan saudaranya dengan baik dan tidak menipunya (ayat 6); [3] hidup mempraktikkan kasih (ayat 9-10); [4] hidup dengan baik, mengurus persoalan sendiri, bekerja dengan rajin (ayat 11), sehingga orang luar menilai mereka sebagai terhormat (ayat 12).

Memang menjalani kehidupan yang berkenan kepada Tuhan pastilah bertentangan dengan hidup bebas untuk berbuat apa saja, termasuk dosa. Tidak mudah, tetapi Allah sudah memberikan Roh-Nya yang kudus kepada kita, anak-anak-Nya. Jadi tidak ada alasan untuk menyerah dan mengikut jalan dunia ini.

Kalau anak-anak Tuhan gaya hidupnya sama dengan gaya hidup manusia berdosa, bagaimanakah gereja dapat menjadi saksi Kristus bagi dunia ini?

Mazmur, Pemerintahan Allah, sukacita umat.

Bersukacita dalam kenyataan dunia yang penuh dengan berbagai jenis kejahatan ini agaknya merupakan hal yang sulit. Lebih-lebih untuk orang beriman yang menderita demi kebenaran atau yang sangat menginginkan agar kebenaran Allah dinyatakan. Namun, mazmur ini dengan tegas mengumandangkan bahwa segenap bumi patut bersukacita karena Allah adalah Raja yang bertakhta di atas kebenaran dan keadilan.

Apa yang merupakan kenyataan surgawi pasti akan mempengaruhi keadaan duniawi kita. Mazmur ini memaparkan gerak arus dari surga turun mempengaruhi dan mengubah dunia ini (lihat ayat 1-4 ke ayat 5, ayat 6a ke ayat 6b-7). Karena Allah benar dan adil, Allah pasti akan menjalankan penghukuman atas dunia ini, suatu sumber sukacita bagi dunia ini (ayat 1), bagi umat Allah (ayat 8), bagi semua orang benar (ayat 11-12). Sifat-sifat Allah dapat dipercayai dan diandalkan sepenuhnya, dan dari sifat-sifat Allah ini, orang beriman boleh menumbuhkan sifat-sifat dan perilaku yang berkenan kepada Allah. Karena Allah sungguh memerintah maka terbuka kemungkinan untuk orang hidup benar dan mengalami sukacita.

Pemerintahan Allah tidak hanya sebatas lingkup rumah ibadah, juga tidak hanya sebatas kehidupan umat-Nya. Bahwa seruan untuk bersukacita ditujukan sampai ke pulau-pulau menunjukkan bahwa pemerintahan Allah merangkul seluas semesta (ayat 1,5). Penampakan Allah yang dipaparkan dalam bentuk awan gelap (ayat 2), halilintar (ayat 3-4a), gempa (ayat 4b-5) menekankan kedahsyatan Allah dilihat dari berbagai gejala alam yang ada dalam kendali-Nya. Penampakan kekuasaan Allah itu bertujuan ganda. Pertama, menegakkan kebenaran dengan akibat melahirkan sukacita dalam hidup orang beriman. Kedua, di pihak lain, pelaksanaan hukuman Allah akan membuat malu mereka yang tidak tunduk kepada-Nya, tetapi pada kekuatan lain di luar Allah. Kekuatan lain yang di sini disebut sebagai para dewa itu, akan Allah taklukkan (ayat 7-9). Sekali lagi, Allah yang memerintah dan sesungguhnya Raja, bukan kejahatan. Meski yang kita lihat dan alami kini seolah tidak demikian, tetapi dengan iman kita menanti dan melihat ke perwujudan pemerintahan Allah atas dunia ini.

Kekudusan Allah adalah sumber kekuatan dan kesukaan bagi orang yang hidup taat kepada-Nya.

Injil hari ini, Kebiasaan buruk “baru bertindak” jika keadaan sudah menjadi genting sudah makin membudaya. Undang-Undang Antiteroris dibentuk setelah peristiwa bom Bali. Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk setelah negara dirugikan triliunan rupiah, dlsb. Kebiasaan ini membuat orang terlena dan berakibat fatal. Jauh lebih fatal bila sikap itu menyangkut hal yang menentukan nasib kekal orang.

Perumpamaan ini berbicara tentang Kerajaan Surga (ayat 1), dikaitkan dengan kedatangan Anak Manusia kelak (ayat 13). Keadaan manusia dalam evaluasi Tuhan kelak terbagi ke dalam dua kelompok. Kelompok yang seperti gadis yang cerdas (ayat 4,7) dan kelompok yang mirip gadis yang bodoh (ayat 3,8). Yang cerdas diizinkan ambil bagian dalam pesta sang pengantin sebab meski ada penundaan mereka telah menyiapkan agar pelita mereka tetap menyala. Karena mereka tanggap terhadap Yesus dan berjaga-jaga merindukan kedatangan-Nya, mereka akan disambut oleh Yesus ketika Ia datang kembali untuk menggenapkan Kerajaan Surga. Sebaliknya, mereka yang tidak tanggap dan tidak siaga akan ditolak (ayat 11,12).

Kerajaan Surga datang di dalam dan melalui hidup, ajaran, dan perbuatan Yesus (lihat Mat. 4:17). Kelak pada kedatangan-Nya kedua kali Yesus akan merampungkan pewujudan Kerajaan Surga dan menentukan siapa yang layak berbagian di dalamnya. Orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya pasti akan memiliki sikap rindu berjumpa dengan-Nya. Pengharapan tersebut seharusnya meujud di dalam sikap hidup sehari-hari. Sikap siaga menantikan kedatangan Tuhan yang digambarkan sebagai membawa minyak cukup, dituntut Tuhan dari orang Kristen. Justru karena masa kini orang makin tidak peduli terhadap kebenaran dan makin mengabaikan soal kedatangan Tuhan, perumpamaan ini patut mengembalikan kita ke siaga penuh.

Tuhan, firman-Mu ini menyentak daku dari keterlenaan. Kiranya kasih karunia-Mu memberiku hati yang rindu berjumpa Engkau.

DOA: Roh Kudus Allah, Engkau sendiri yang membawa kuasa Allah ke dalam hidupku. Melalui Engkau aku dapat berkata, ‘Yesus Kristus adalah Tuhan!’. Melalui Engkau aku memiliki hidup yang meluap-luap. Seturut rencana-Mu, penuhilah diriku dengan karunia-karunia-Mu, ya Roh Kudus, setiap hari dalam perjalanan hidupku di dunia ini. Amin.(Lucas Margono)

Agustus28a

Renungan Kamis, 27 Agustus 2015

Renungan Kamis, 27 Agustus 2015, Pw.S.Monika, Pekan Biasa XX1

OAD/OSA : Pesta S.Monika, Janda

Bacaan I : 1Tes 3:7-13

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus Kepada Jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara:
3:7 dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu. 3:8 Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan. 3:9 Sebab ucapan syukur apakah yang dapat kami persembahkan kepada Allah atas segala sukacita, yang kami peroleh karena kamu, di hadapan Allah kita? 3:10 Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu. 3:11 Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu. 3:12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu. 3:13 Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.

Mazmur 90:3-4,12-13,14,17

Refren: Penuhilah kami dengan kasih setia-Mu, ya Tuhan, supaya kami bersukacita.

Mazmur:

* Tiuhan, Engkau mengembalikan manusia kepada debu, hanya dengan berkata: “Kembalilah, hai anak-anak manusia!” Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.

* Ajarlah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya TUHAN — berapa lama lagi? — dan sayangilah hamba-hamba-Mu!

* Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat. Kiranya kemurahan Tuhan, melimpah atas kami! Teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah.

Bacaan Injil : Luk 7:11-17

Yesus membangkitkan anak muda di Nain
7:11 Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. 7:12 Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. 7:13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” 7:14 Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” 7:15 Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. 7:16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.” 7:17 Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.

Renungan:

Kekristenan dan penderitaan.
Nampaknya ada hubungan antara kekristenan dan penderitaan. Inilah sebuah kebenaran yang paling tidak disukai oleh orang Kristen. Tetapi, meskipun demikian iman Kristiani dan penderitaan akan sering kali berjalan bergandengan tangan.

Paulus telah mengingatkan jemaat Tesalonika bahwa kesusahan akan datang (ayat 3). Sekarang kesusahan sudah datang. Kini, Paulus mencemaskan iman jemaatnya, itu sebabnya ia mengirim Timotius untuk menguatkan dan menasihati mereka (ayat 1-5). Puji Tuhan, Timotius pulang membawa kabar yang sangat menggembirakan, yaitu bahwa iman dan kasih jemaat Tesalonika tidak tergoyahkan oleh penderitaan yang mereka alami (ayat 6). Berita ini sangat menghibur Paulus, yang saat itu sedang mengalami kesulitannya sendiri (ayat 7). Karena itu Paulus memanjatkan doa syukur (ayat 9) dan doa permohonan (ayat 10), agar Tuhan sendiri memelihara mereka dan menambahkan kasih serta iman mereka (ayat 12-13).
Seperti jemaat Tesalonika, kita pun akan diterpa penderitaan. Tetapi, ketika penderitaan itu datang menerpa kehidupan anak-anak Tuhan, jangan kita goyah apalagi jatuh. Karena kita memiliki teladan, bukan hanya rasul besar seperti Paulus, tetapi juga jemaat Tesalonika, yang tidak beda jauh daripada kita. Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk goyah dan jatuh!
Waktu penderitaan melanda hidup kita, ingatlah bahwa Tuhan berdaulat untuk memelihara dan menjaga kita. Kita perlu berdoa untuk iman dan kasih agar bertahan dan menang.

Mazmur, Menghitung hari.

Arswendo Atmowiloto, yang pernah diinapkan di LP Cipinang, menulis sebuah buku berjudul Menghitung Hari.

Buku yang amat bagus ini merupakan cermin harapan hati, agar hari-hari cepat berlalu menyongsong waktu pembebasan.

Mazmur hari ini juga berbicara tentang menghitung hari. Bukan agar hari-hari segera lewat, tetapi supaya seseorang memiliki hati yang bijaksana (ayat 12). Mengapa pemazmur meminta agar Allah mengajar dia untuk menghitung hari? Alasannya ada di dalam bagian pertama dan kedua mazmur ini (ayat 1-2 dan 3- 12). Dalam bagian pertama, pemazmur mengakui bahwa Allah sendiri, sebagai pribadi, menjadi “rumah”-nya (ayat 1-2). Ia melihat keamanan dirinya bukan karena memiliki suatu tempat, tetapi karena memiliki hubungan dengan Allah. Namun demikian, di dalam bagian kedua, pemazmur merenungkan mengenai kesementaraan hidup manusia. Ia memakai ungkapan “debu” dan “rumput” untuk menggambarkan hubungan yang sebenarnya, antara Sang Pencipta yang begitu perkasa dan dirinya yang begitu lemah (ayat 3-6). Perenungannya ini juga berbicara mengenai kesalahan yang dilakukan oleh manusia di hadapan Allah (ayat 7-11).
Itulah sebabnya pemazmur meminta pada Allah agar dia diberikan kesadaran akan kesementaraannya, sehingga ia selalu ingin memiliki hati yang berhikmat dan hidup yang bermakna. “Hikmat” tidak berarti sekadar kecerdasan di dalam menjalani kehidupan, tetapi lebih mengacu pada takut akan Allah dan pengakuan atas kendali-Nya di dalam kehidupan. Dengan mengakui dan mengenal kehendak Allah dalam kehidupan, barulah hidup yang sulit dan singkat itu berarti.

Bagian terakhir mazmur ini (ayat 13-17) merupakan ungkapan harapan dari pemazmur agar Allah berbalik padanya dan membuat hidupnya bersukacita. Di dalam hidupnya yang begitu terbatas dan penuh dosa, ia hanya dapat berharap pada Allah, Tempat Perteduhan yang kekal.
Renungkan: Mazmur ini seringkali dibaca ketika upacara penguburan dilakukan. Apakah yang Anda pikirkan ketika muncul kesadaran bahwa suatu saat Anda pun akan kembali menjadi debu? Mintalah hikmat dari Allah agar hidup Anda bermakna dan berwarna!

Injil hari ini, Pujian dan belas kasih
Yesus jarang memuji. Oleh karena itu setiap pujian yang keluar dari mulut-Nya perlu mendapat perhatian serius. Hal apa dari si perwira Kapernaum yang membuat Yesus “heran” dan memuji imannya yang Ia bandingkan dengan iman orang-orang Israel (9)?

Perwira ini adalah seorang nonYahudi. Mungkin ia seorang penganut agama Yahudi, atau paling sedikit simpatisannya. Ini dapat dilihat dari dukungan yang diberikan oleh beberapa tua-tua Yahudi terhadap dirinya (3-5). Namun, bukan ini yang menjadi alasan Yesus memuji dirinya. Dalam ranking kemiliteran Romawi, perwira ini memimpin kurang lebih 100 prajurit. Ia perwira dalam pasukan Herodes Antipas. Ia sendiri juga memiliki atasan yang kepadanya ia harus tunduk. Cara perwira ini memperlakukan Yesus adalah seperti memperlakukan atasannya. Ia sadar bahwa dirinya tidak layak dikunjungi oleh Yesus, sebaliknya, ia percaya Yesus berotoritas atas dirinya, jauh melampaui otoritas atasannya di pasukan Herodes. Yesus memiliki otoritas atas hidupnya dan aspek-aspek kehidupannya, termasuk atas sehat-sakitnya hamba-hambanya. Atas dasar itulah si perwira meminta Yesus berkenan memerintahkan kesembuhan bagi hambanya tersebut. Ini yang Yesus puji dari iman perwira tersebut. Perwira ini memiliki iman yang bukan sekadar percaya, tetapi memercayakan diri kepada Yesus.

Yesus memiliki otoritas atas hidup manusia. Kesembuhan yang dialami si hamba adalah bukti nyata. Yesus bukan hanya berotoritas, Ia juga peduli dengan hidup manusia. Ia peduli dengan kepedihan hati janda Nain yang kehilangan anak laki tunggalnya (13-15). Dua hal tersebut dari Yesus seharusnya mendorong kita mengembangkan iman yang sepenuhnya percaya dan berserah pada Dia. Iman sedemikian akan mewujud dalam ketaatan dan dalam mengantisipasi tindakan kasih-Nya.

Renungkan: Iman sejati senantiasa tunduk pada rencana Tuhan dan percaya pada belas kasih-Nya yang tak terbatas.

DOA: Tuhan Yesus, utuslah Roh Kudus-Mu kepada semua pemimpin Gereja. Bimbinglah mereka dengan hikmat-Mu agar mereka dapat melayani umat dengan efektif. Berikanlah kepada mereka damai-sejahtera-Mu agar mereka tidak pernah akan putus harapan dalam masa yang penuh kesulitan ini. Amin.(Lucas Margono)

Agustus27

Renungan Rabu, 26 AGUSTUS 2915

Renungan Rabu, 26 Agustus 2015, Hari Biasa, Pekan Biasa XXI

FMA/SDB : Pfak B.Zefyrinus Namuncura, Remaja,
CP: Pfak B.Dominikus dr Bunda Allah, ImBiarw, OAD :Pfak. Para Santa dr Rubiah Gafsa, O.Carm : Pfak.B.Yakobus Retouret, ImMrt. OCD : Pw.S. Teresia dr Yesus (Hati Teresia ditembusi) Biarw.

Bacaan I : 1Tes 2:9-13

2:9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. 2:10 Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. 2:11 Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, 2:12 dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.
2:13 Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi — dan memang sungguh-sungguh demikian — sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.

Mazmur 139:7-8,9-10,11-12ab

Refren: Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku.

* Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, Engkau pun ada disitu.

* Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, di sana pun tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.

* Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,” maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu.

Bacaan Injil : Mat23:27-32

23:27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. 23:28 Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. 23:29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh 23:30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. 23:31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. 23:32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!

Renungan:

Dianggap layak untuk memberitakan Injil.
Manusia yang penuh cacat dan aib ternyata mendapatkan kepercayaan dan penghormatan untuk memberitakan Injil. Manusia yang penuh kelemahan dan kekurangan sekarang menjadi pelayan Alla. Nilai-nilai Injil yang terlalu dalam untuk diselami, terlalu luas untuk dijelajahi, terlalu tinggi untuk dijangkau, terlalu indah untuk dimengerti, ternyata sekarang mempergunakan manusia yang penuh kekurangan sebagai wahana (bdk. Yer. 1:10). Kalau realitas ini tidak dilihat sebagai anugerah Tuhan, maka ada sesuatu yang tidak beres dengan manusia.

Bentuk karya besar Allah yang mengagumkan dan monumental di tengah- tengah dunia ini Allah lakukan dengan mempergunakan tangan manusia. Allah bisa memberikan kepercayaan kepada orang yang kesetiaannya sudah dapat diukur. Seperti Petrus yang pernah menyangkal Yesus. Allah seakan-akan berani jatuh lagi untuk kedua kalinya pada batu yang sama. Itu berarti tidak ada manusia yang pantas untuk membanggakan diri. Itulah sebabnya yang tertinggal hanyalah segala puji dan kemuliaan bagi Tuhan saja.

Paulus menunjukkan dirinya layak dengan melayani jemaat Tesalonika sungguh-sungguh. Ia benar-benar menyampaikan firman Tuhan bukan untuk menyukakan mereka, melainkan Allah. Ia menyampaikannya dengan ramah bagaikan seorang ibu yang membagi hidupnya untuk anak-anaknya. Ia menjaga hidupnya sedemikian sehingga menjadi saksi Injil yang tiada bercacat (ayat 9-10). Dengan sikap seorang bapa ia menasihati mereka untuk setia hidup sesuai dengan kehendak Allah (ayat 11-12). Sungguh hidup Paulus menunjukkan kelayakannya untuk menjadi saksi Kristus.
Menderita demi Kristus.

Menerima Kristus, menjadi Kristen yang sungguh, mernanggapi panggilan Tuhan atas hidup, seringkali harus membuat hidup seseorang menanggung penderitaan. Penderitaan bisa datang dari pihak keluarga, masyarakat, rekan sekantor yang belum beriman dan mengasihi Tuhan Yesus. Kita dapat bayangkan betapa sulit situasi orang yang menderita karena imannya kepada Kristus itu. Paulus yang mengerti situasi berat jemaat di Tesalonika menghibur mereka. Bukan mereka saja yang menderita karena Kristus, jemaat-jemaat Yahudi pun demikian (ayat 14-15). Terimalah penderitaan karena iman itu sebagai tantangan untuk tambah teguh dalam iman dan makin terang menyaksikan kemurahan Allah dalam Yesus Kristus.
Sukacita Hamba Tuhan. Paulus bangga akan jemaat di Tesalonika. Ia tidak bersukacita karena mereka menderita, melainkan bersukacita karena di dalam penderitaan itu mereka memperlihatkan kesungguhan iman mereka dalam Yesus Kristus. Bila sekarang ini sebagian orang Kristen di Indonesia mengalami berbagai penderitaan, patutlah kita saling mengingatkan bahwa hal tersebut dapat dipakai Tuhan untuk memurnikan dan menguatkan iman, harap dan kasih kita. Ingatkan satu kepada yang lain bahwa penderitaan ini sementara sifatnya, sebagai persiapan bagi kemuliaan kekal yang Dia siapkan bagi kita.

Allah juga melayakkan kita, anak-anak-Nya untuk memberitakan Injil. Pertanyannya sekarang adalah: “Apakah kita sudah melayakkan diri di hadapan-Nya dengan meneladani pelayanan Paulus?”

Mazmur, Tahu dan mengalami sifat Allah
Menyadari bahwa Tuhan itu mahatahu, mahahadir, dan mahakuasa, dapat memberikan ketenangan pada kita saat menghadapi masalah. Daud tidak sekadar memahami bahwa Allah mahatahu, mahahadir, mahakuasa. Ia menjadikan kebenaran dahsyat tersebut sebagai bagian konkret dari pengalaman nyatanya dan juga menjadi dasar bagi doanya.

Menghadapi serangan orang fasik (19-22), Daud memohon agar Tuhan memeriksa hidupnya (23-24). Dalam kemahatahuan-Nya, Tuhan pasti tahu setiap tindakan yang Daud buat dan motif yang melatarbelakangi tindakan itu (2). Tuhan juga tahu aktivitasnya sehari-hari (3), tahu apa yang akan Daud katakan sebelum ia mengatakannya (4). Kemahatahuan Tuhan itu luar biasa, hingga pemazmur sulit memahaminya (6). Tuhan juga mahahadir hingga tidak mungkin orang menghindar dari-Nya (7, band. Yer. 23:24). Tidak ada tempat bagi Daud untuk menyembunyikan diri dari Allah. Bahkan jika ia dapat terbang menyamai kecepatan cahaya sekalipun, tak mungkin baginya melarikan diri. Di sana juga Allah akan menuntunnya (10). Karena kegelapan sekalipun tidak dapat menghalangi pandangan Allah (11-12). Tuhan yang telah menciptakannya mengenal dia (13-16). Dalam sorotan pemahaman semacam inilah, Daud menempatkan situasi yang sedang dia hadapi, yakni serangan musuhnya. Ia berdoa agar Tuhan membinasakan mereka (19), sebab mereka adalah musuh Tuhan juga (20). Daud sendiri membenci mereka (22). Karena itu Daud meminta agar Tuhan menyelidiki dirinya dan menguji kesetiaannya, sehingga jelas bahwa ia tidak seperti musuh-musuh Tuhan (23-24).

Meyakini kemahatahuan, kemahahadiran dan kemahakuasaan Tuhan, pasti memberikan kedamaian dalam hidup orang percaya. Karena kemahatahuan-Nya, kehadiran-Nya secara pribadi, serta kekuasaan-Nya yang absolut, nyata dalam karya-Nya untuk kesejahteraan umat-Nya. Ia juga mahasuci. Seharusnyalah kita setia mengikut Dia dan berani untuk tidak kompromi terhadap kejahatan.

Injil hari ini, Bermanfaatkah topeng?
Ada tarian atau drama yang para pelakonnya mengenakan topeng. Dalam drama yang para pelakonnya tidak menggunakan topeng pun, mereka tidak menjadi diri sesungguhnya dari tokoh yang mereka perankan. Mereka sekadar menghayati dan menampilkannya dalam lakon. Tuhan menolak agama yang seperti drama yang di dalamnya kita hanya berlakon. Agama topeng adalah agama palsu. Di dalamnya tidak terdapat penghayatan agama yang sejati. Orang yang terus menerus bertopeng terhadap Allah dan sesamanya tidak akan memiliki kedamaian dan keyakinan yang menafasi hubungan agama yang sejati.

Kubur yang dicat putih. Penampilan seringkali menyesatkan. Yang indah, kadang tidak lebih dari sekadar kemasan teliti atas hal-hal yang rusak dan busuk di dalamnya. Bila kehidupan iman hanya menonjolkan hal-hal lahiriah, sementara kondisi hati ditelantarkan, kita seperti kubur yang berkapur indah di luar, tetapi tulang belulang belaka di dalamnya. Di dalam kasih dan kekudusan-Nya, Tuhan menegur kepalsuan tersebut. Mereka adalah kubur berisi bangkai; ular beludak berbisa. Mereka dan kita pun, harus disadarkan dan bertobat.

Renungkan: Salib Yesus membongkar dan meruntuhkan kepalsuan untuk menumbuhkan kerohanian iman sejati.

DOA: Tuhan Yesus, aku mohon kepada-Mu agar dianugerahi sukacita dan keberanian untuk berbagi sabda-Mu dengan orang-orang lain. Amin.(Lucas Margono)

Agustus26

Renungan Selasa, 25 Agustus 2015

Renungan Selasa, 25 Agustus 2015, Hari Biasa, Pekan Biasa XXI

Pfak. S.Ludovikus; Pfak. S.Yosef dr Calasanz O.Carm : Pfak.B.Maria dr Yesus Tersalib, Prw, OCD : Pw.B.Maria dr Yesus Tersalib, Prw, OFM/OFMConv/OFMCap/OSCCap/OSC/OFR : Pw.S.Ludovikus IX,
OFS: Pesta S.Ludovikus IX

Bacaan I: Tes 2:1-8

Pelayanan Paulus di Tesalonika
2:1 Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia. 2:2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat. 2:3 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya. 2:4 Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita. 2:5 Karena kami tidak pernah bermulut manis — hal itu kamu ketahui — dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi — Allah adalah saksi — 2:6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus. 2:7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. 2:8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.

Mazmur 139:1-3,4-6

Refren: Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal kami.

Mazmur:

* TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.

* Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.

Bacaan Injil : Mat 23:23-26

23:23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. 23:24 Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. 23:25 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. 23:26 Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.

Renungan:

Pelayan Tuhan teladan.
Paulus menyebutkan beberapa alasan mengapa pelayanannya di Tesalonika tidak sia-sia. Semuanya jelas karena Allah saja. Allah telah memberanikan Paulus menanggung penganiayaan (ayat 3). Allah juga melayakkan Paulus menyaksikan Injil (ayat 4). Karunia Allah yang begitu besar dalam diri Paulus juga membentuk keteladanan yang indah sekali. Paulus mewartakan Injil yang benar, bukan kesesatan (ayat 4) dengan didukung oleh motivasi yang murni (ayat 4-5), dengan kasih sayang yang besar (ayat 7-8) dan dengan pengorbanan yang besar (ayat 9). Patutlah kita mengikuti teladan pelayanan Paulus ini bila kita sungguh ingin menjadi hamba Tuhan yang layak bagi-Nya.
Kerohanian dan kegiatan. Zaman ini sangat menekankan profesionalitas. Tidak terkecuali dalam kegiatan rohani pun dituntut para hamba Tuhan yang mampu melayani secara profesional. Bila kita ingin berhasil dalam pelayanan di Pembinaan Iman Anak (PIA) Pembinaan Iman Remaja (PIR), Orang Muda Katolik (OMK), Wanita Katolik, maupun Paguyuban-Paguyuban lainnya, memang kita harus meningkatkan mutu keahlian kita. Bukankah melayani Tuhan harus lebih berkualitas dibandingkan melakukan kegiatan biasa? Namun keahlian saja tidak cukup. Semua pelayan Tuhan yang efektif harus melayani dari kerohanian yang segar dan yang riil.

Mazmur, Tak ada yang tersembunyi.

Hal apakah yang sangat mempengaruhi hidup seseorang? Menurut pemazmur, pikiran, perenungan, dan pengenalan akan Allah berdampak besar dalam kehidupan seseorang. Seluruh keberadaan hidup kita dari yang nampak sampai yang tersembunyi, terbuka di hadapan Allah. Tak seorang pun dapat menyembunyikan diri atau menjauh dari Tuhan. Allah memperhatikan masing-masing pribadi sejak masih dalam kandungan, bayi, anak-anak hingga dewasa. Karena itu Allah sangat mengharapkan kejujuran dan keterbukaan kita di hadapan-Nya. Betapa bermaknanya hidup pribadi seseorang di hadapan Allah!

Kemahatahuan Allah. Kemahatahuan dan kedekatan Allah bukan untuk menangkap kita yang berdosa agar tidak luput dari hukuman-Nya. Justru sebaliknya, Ia akan menjaga dan menuntun kita untuk mencapai yang terbaik. Di mana pun kita berada, ada rasa aman di dalam perlindungan-Nya. Kadang sulit bagi kita untuk mengenal pikiran Allah. Bila kita mau menghitungnya, kita akan menyadari bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita adalah karena Ia mengizinkan dan Ia tetap bersama dengan kita untuk menghadapinya.

Allah yang Maha Tahu, selidikilah diriku, dan tuntunlah aku di jalan-Mu.

Injil hari ini,
Injil hari ini, Mulai ayat 13 Tuhan Yesus menujukan tujuh kata-kata celaka-Nya kepada para pemimpin rohani waktu itu. (Ayat 14 tidak terdapat dalam naskah yang dianggap lebih awal). Bila di pasal 22 Tuhan Yesus mematahkan taktik licik mereka dengan jawaban-jawaban yang tepat dan berkuasa, dalam pasal ini Tuhan secara langsung melawan dan membongkar kesalahan dan kejahatan mereka.

Yesus menyebut mereka celaka sebab mereka buta rohani (ayat 16) dan munafik (ayat 23,25,27). Mereka buta sebab berpikir salah tentang hal apa yang mendasari pengudusan. Yang lebih penting dan yang menguduskan, yaitu Allah dan hal-hal dari Allah (ayat 20-22) mereka tempatkan lebih rendah daripada tata cara atau alat yang sesungguhnya justru perlu dikuduskan. Yesus juga menelanjangi tiga macam kemunafikan mereka. Pertama, mereka melaksanakan aturan ibadah secara rinci, tetapi mengabaikan hakikat ibadah, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (ayat 23). Kedua, mereka kudus lahiriahnya saja, hati mereka serakah dan rakus (ayat 25). Ketiga, mereka kudus di hadapan manusia, tetapi hati mereka busuk penuh berbagai manifestasi maut (ayat 27). Di mata Allah mereka seperti kubur berkapur indah, namun berisikan bangkai.

Mudah sekali kita terjebak berpikir bahwa ucapan tajam Yesus ini hanya untuk para pemimpin agama waktu itu. Memang konteks historis ucapan ini perlu kita terima, namun ucapan celaka ini harus juga dengan serius kita camkan. Ini merupakan kebalikan dari ucapan bahagia Yesus di pasal 5. Ini memperingatkan kita bahwa Juruselamat yang penuh kasih dan mengampuni kita melalui kematian-Nya juga adalah Tuhan yang kudus yang menuntut bahwa karya keselamatan-Nya berdampak nyata dalam kehidupan sehari-hari kita. Iman kita harus disertai perbuatan serasi. Ibadah kita harus disahkan oleh sikap hati dan perbuatan sosial yang sepadan.
Camkan: Yesus yang berkata “bahagialah…” juga adalah Ia yang tegas berkata “celakalah…” Kata-kata mana ingin kita dengar dari Dia tentang kita?

DOA: Bapa surgawi, murnikanlah kami sebagaimana Engkau memurnikan para rasul Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus. Oleh Roh Kudus-Mu periksa dan selidikilah hati kami dan bimbimglah kami kepada kerendahan-hati atau kedinaan yang sejati, agar kami dapat menjadi saksi-saksi kasih-Mu dan menjadi duta-duta-Mu dalam dunia ini. Amin. (Lucas Margono)

Agustus25

Renungan Senin, 24 Agustus 2015

Renungan Senin, 24 Agustus 2015, Pesta S. Bartolomeus, Rasul,Pekan Biasa XXI

Bacaan I : Why 21:9b-14

Yerusalem yang baru
21:9 Aku, Yohanes, mendengar seorang malaikat berkata kepadaku, “Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba.” 21:10 Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. 21:11 Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal. 21:12 Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel. 21:13 Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat tiga pintu gerbang. 21:14 Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu.

Mazmur 145:10-11,12-13ab,17-18

Refren: Para kudus-Mu, ya Tuhan, memaklumkan Kerajaan-Mu yang semarak mulia.

Mazmur:

* Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu,

* Mereka memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan memaklumkan kerajaan-Mu yang semarak mulia. Kerarajaan-Mu ialah kerajaan abadi, pemerintahan-Mu lestari elalui segala keturunan.

* TUHAN itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.

Bacaan Injil : Yoh 1:45-51

1:45 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” 1:46 Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” 1:47 Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” 1:48 Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” 1:49 Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” 1:50 Yesus menjawab, kata-Nya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.” 1:51 Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”

Renungan:

Yerusalem baru
Bila Babel melambangkan manusia-manusia yang terbelenggu dan dimurkai Allah, maka Yerusalem baru adalah manusia umat yang sudah ditebus Kristus, milik Allah sendiri. Perikop terdahulu (21:1-8) menggambarkan lingkungan baru yang menjadi tempat umat Tuhan menikmati kekekalan, maka perikop ini menguraikan seperti apakah kehidupan umat Tuhan dalam langit dan bumi baru kelak.

Pertama, umat Tuhan penuh kemuliaan Allah (21:11-14). “Yerusalem”, temboknya, pintu-pintu gerbangnya, bahkan batu-batu fondasinya memancarkan cahaya kemuliaan Allah yang tidak bisa dibandingkan dengan permata terindah sekalipun. Kedua, umat Tuhan penuh kekudusan Allah (15-21). Kota itu berbentuk kubus, sama seperti ruang maha kudus, tempat Allah bersemayam di bait Allah. Tempat yang dulu, hanya boleh dimasuki oleh Imam Besar, kini menjadi tempat persekutuan Allah-umat. Ketiga, semua umat tebusan akan masuk dalam jaminan keamanan pemerintahan Allah seperti dilambangkan dengan pengukuran kota Allah (15).

Keempat, ada pada perikop bacaanselanjutnya yaitu, kehadiran Allah nyata pada umat-Nya seperti berhadapan muka dengan muka (22-27), melampaui kemegahan bait suci yang pernah didirikan oleh Salomo. Terang Allah sendiri menerangi dan menjamin penuh segenap milik-Nya (25; 22:5). Hanya mereka yang sudah disucikan Kristus yang bisa masuk di kota suci ini (21:27). Kelima, inilah kehidupan sejati dan kekal yang dilambangkan oleh sungai air kehidupan yang mengalir dalam kota suci ini sehingga menumbuhsuburkan pohon-pohon kehidupan dengan buah dan daun yang berkhasiat (22:1-2). Inilah Taman Eden yang baru (band. Kej. ps. 2). Semua ini bukan impian, namun telah dan boleh kita cicipi lewat berbagai kesempatan beribadah, bersaat teduh, serta melayani Tuhan dan sesama.
Kesetiaan kita dalam iman membukakan nikmat surgawi yang mendorong kita semakin rindu berjumpa Tuhan dan mengalami saat Ia datang menjemput kita.

Mazmur, Raja adil penuh rahmat
Unsur-unsur kepemimpinan dunia ini biasanya didominasi dengan kekuatan dan keperkasaan militer, kecerdikan dan kekuatan diplomasi, dan sering kali pemaksaan serta penggunaan kekerasan. Para pemimpin atau penguasa adalah sosok yang ditakuti dan dijauhi. Bahkan tidak jarang, diam-diam dimusuhi dan dikutuki oleh rakyatnya sendiri karena penyalahgunaan kuasa.
Namun ke-Raja-an Allah berbeda sama sekali dari cara pemimpin dan penguasa dunia ini memerintah. Ke-Raja-an Allah yang berdaulat sepanjang zaman dan tak lekang oleh waktu (11-13), justru ditopang bukan oleh kekuatan militer, atau kekuatan diplomasi politis. Kekuasaan dan pemerintahan Allah ditopang oleh karakter mulia Allah yang merupakan bentuk kasih dan kepedulian-Nya terhadap umat-Nya. Kasih dan setia, kebaikan dan rahmat (8-9) memancar dari takhta Allah yang mulia. Dari singgasana Sang Raja diraja, karakter mulia itu mewujud dalam bentuk pertolongan-Nya kepada semua orang yang membutuhkannya (14-16).

Di sisi lain, karakter keadilan dari Raja diraja memberi rasa aman dan pengharapan atas rakyat-Nya. Hal ini tentu membangkitkan sikap takut dan cinta umat kepada-Nya. Dalam keadilan-Nya, Raja diraja akan membela umat-Nya atas semua ancaman dari pihak musuh dengan cara membongkar muslihat dan memporak-porandakan segala rencana kejahatan musuh. Tidak ada yang dapat bertahan menghadapi kedaulatan dan kekuasaan Raja diraja yang adil.

Maka pujian yang keluar dari mulut pemazmur adalah pujian yang lahir dari rasa aman dan syukur karena pengalaman dikasihi, dipelihara, dan dilindungi oleh Rajanya. Betapa damai dan berpengharapannya hidup ini kalau kita menyadari Allah kita adalah Raja yang berdaulat, penuh kuasa, dan sangat peduli atas hidup kita.

Ingat dan hitunglah berbagai bentuk kebaikan dan rahmat Tuhan kepada Anda! Adakah melodi syukur mengumandang dalam hidup Anda sehari-hari?
Injil hari ini, Murid-murid pertama.

Pertemuan Yesus dengan para murid-Nya terjadi dengan tak disangka-sangka. Andreas, hanya dengan mendengar ucapan: “Lihatlah Anak Domba Allah”. Simon Petrus, dihampiri-Nya; dan dinamakan “Kefas” (=batu karang). Filipus diajak-Nya: “Ikutlah Aku!” Natanael, hanya dengan dilihat oleh-Nya saat berdiri di bawah pohon ara mengakui-Nya sebagai Raja orang Israel. Tahap-tahap pemilihan para murid dalam bacaan ini membuktikan bahwa setiap orang yang datang kepada-Nya karena Allah telah terlebih dahulu berinisiatif memanggil, membuka jalan dan kesempatan.

Kesaksian sebagai alat Allah. Kesaksian kebenaran firman Tuhan merupakan cara Allah membawa orang mengenal Yesus Kristus. Mulai dari kesaksian hidup-Nya, karakter, sikap tindak-tanduk dan kepribadian-Nya yang istimewa sampai kepada pengajaran-pengajaran-Nya. Dari sinilah Allah berkenan memanggil manusia untuk menjadi murid-Nya melalui cara di luar mimbar formal, dan metode-metode tertentu. Pelajaran penting dari inisiatif Allah ini adalah bahwa pengenalan kita kepada Kristus akan mendorong kita untuk bersaksi tentang Dia dan karya-Nya.

Renungkan: Bukan manusia yang mulai mencari Allah, tetapi Allah yang menjumpai manusia dan membangkitkan kerinduan rohani untuk berjumpa dengan Dia.

DOA: Bapa surgawi, biarlah Roh-Mu membuka telingaku agar dapat mendengar sabda-Mu dan perkenankanlah Dia untuk membuka pikiranku agar dapat memahami jalan/cara-Mu. Amin.(Lucas Margono)

Agustus24

Renungan Minggu, 23 Agustus 2015

Renungan Minggu, 23 Agustus 2015, Hari Minggu Biasa, Pekan Biasa XXI

Bacaan I : Yos 24:1-2a,15-17,18b

Pembaruan perjanjian di Sikhem
24:1 Kemudian Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah. 24:2a Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu
24:15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” 24:16 Lalu bangsa itu menjawab: “Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! 24:17 Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui, 24:18b Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita.”

Mazmur 34:2-3,16-17,18-19,20-21,22-23

Refren: Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan.

Mazmur:

* Aku hendak memuji TUHAN pada setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.

* Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi.

* Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, TUHAN mendengarkan, dari segala kesesakannya mereka Ia lepaskan. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati,Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.

* Kemalangan akan mematikan orang fasik, dan siapa yang membenci orang benr akan menanggung hukuman. TUHAN membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya, dan semua yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.

Bacaan II : Ef 5:21-32

5:21 dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri. 5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 5:23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. 5:24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. 5:25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 5:26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 5:27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. 5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. 5:29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, 5:30 karena kita adalah anggota tubuh-Nya. 5:31 Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 5:32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.

Bacaan Injil : Yoh 6:60-69

Murid-murid yang mengundurkan diri di Galilea
6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” 6:61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? 6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? 6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. 6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. 6:65 Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” 6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Pengakuan Petrus.
6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” 6:68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; 6:69 dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

Renungan:
Sejarah atau kisah-Nya
Orang-orang yang melihat sejarah sebagai kumpulan kisah dan fakta yang boleh diperlakukan sesukanya akan kehilangan sejarah. Orang-orang yang mempelajari sejarah untuk melihat jiwa penggerak sejarah akan menjadi orang yang lebih bijaksana. Namun yang paling bahagia adalah anak-anak Tuhan yang melihat sejarah sebagai ungkapan kasih Tuhan dalam memperlakukan umat-Nya.

Hal ini ada dalam firman Tuhan kepada Yosua (1-2). Sekalipun yang dipaparkan oleh firman Tuhan adalah kumpulan fakta yang membentuk sejarah umat Israel, tetapi sebenarnya yang hendak ditekankan oleh Tuhan adalah Ia sendiri yang merangkai fakta sejarah Israel. Tuhan yang memanggil Abraham keluar dari kaum keluarganya, membentuk benih umat Israel di Mesir, lalu menuntun mereka keluar dari tanah perbudakan itu, dan menguduskan bagi diri-Nya suatu umat di padang gurun (3-7). Tangan Tuhan juga yang memberikan Tanah Perjanjian dengan banyak kemenangan melawan raja-raja Kanaan (8-11), dan menganugerahkan tanah dan hasilnya bagi umat-Nya (12-13). Sejarah umat Israel jelas mengisahkan tindakan-tindakan Tuhan yang terkait erat dengan umat-Nya. Yosua melihat Tuhan begitu jelas di dalam sejarah Israel sehingga ia mampu memberi tanggapan yang sungguh tepat. Yosua memilih untuk tetap beribadah kepada Tuhan bahkan jika seluruh umat Israel memilih meninggalkan Tuhan (14-15).
Janji bangsa itu untuk hanya melayani Tuhan ditepati, tetapi hanya selama Yosua dan para tua-tua masih hidup. Tidak lama sesudah kematian Yosua, bangsa itu meninggalkan Tuhan dan mulai berbakti kepada dewa-dewa lain (Hak 2:11-19).

Setiap kita yang melatih mata iman untuk melihat karya Tuhan dalam sejarah hidup umat-Nya, pasti akan memilih sikap Yosua yang tidak terpengaruh arus zaman dan sikap teman. Kehadiran Allah dalam hidup Yosua tampak sungguh nyata sehingga kita tahu bahwa tanpa Tuhan, kita tidak bisa hidup. Dia sudah, sedang, dan akan terus menghidupkan kita agar kita tetap setia kepada-Nya.

Melihat sejarah sebagai kisah-Nya membuat hati kita tidak berhenti bersyukur sekalipun jalan kita tak selalu mulus.

Mazmur, Ketidakwarasan pembebasan.
Kita lebih suka menganggap diri kita sebagai orang-orang Kristen yang terhormat, yang waras baik tubuh maupun pikiran. Begitu kuatnya pola ideal ini, kita lupa bahwa karya sejarah keselamatan melibatkan apa yang bagi dunia adalah suatu bentuk “ketidakwarasan”. Bukan pura-pura tidak waras untuk menyelamatkan diri (ayat 1), tetapi karena berbeda dengan dunia. Yeremia disindir sebagai nabi gila (Yer. 29:26-27). Yesus dianggap tidak waras oleh keluarga-Nya (Mrk. 3:21). Festus menganggap Paulus gila karena pemberitaan Injilnya (Kis. 26:24), dan banyak contoh lain dari Alkitab. Mereka dianggap gila, karena kehendak Allah bertentangan dengan “akal sehat” mayoritas orang yang tidak mengenal kehendak Allah.

Dimana letak “kegilaan” dari karya perlindungan Allah? Ada suatu pepatah Perancis yang mengatakan: “Tuhan berpihak kepada armada yang besar, dan melawan armada yang kecil.” Inilah prinsip ketentaraan, dan bagi sebagian orang, prinsip hidup yang “waras”. Allah pemazmur justru berpihak yang lemah. Mereka yang rendah hati (ayat 3), tertindas (ayat 7), yang menjaga dirinya dari kejahatan (ayat 14-15), benar (ayat 16-18), patah hati dan malang (ayat 19-21), mereka inilah yang menerima perlindungan Allah. Mereka menjadi lemah, karena seperti pemazmur, mereka bermegah karena dan berseru kepada Tuhan. Tetapi mereka menjadi kuat, karena Allah berpihak kepada mereka, “orang-orang benar itu” (ayat 18).

Yang kita pelajari bukanlah teladan Daud yang berpura-pura gila, tetapi hikmat yang timbul dari pengalamannya itu: betapa berbahagia ada dalam perlindungan Tuhan, Sang Allah yang punya prinsip berkarya yang berbeda dengan dunia yang berdosa.

Kapan terakhir kali Anda dianggap gila, bukan karena lelucon kita yang tidak biasa, atau ambisi dan rencana hidup kita, tetapi karena keputusan kita untuk berharap kepada Allah dan menaati-Nya?

Paulus dalam bacaan kedua, Relasi suami-isteri = relasi Kristus dengan umat.

Zaman di mana jemaat Efesus hidup adalah zaman yang sangat meninggikan kedudukan laki-laki. Akibatnya, para suami bebas bertindak sewenang-wenang terhadap isteri karena tidak ada hukum yang akan menjeratnya. Akan tetapi, keluarga Kristen tidak menganut sistem ini, karena sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran yang diyakini. Untuk mengantisipasi keadaan ini, Paulus memberikan dasar hubungan bagi suami—isteri, yaitu: pertama, suami isteri harus saling merendahkan diri (ayat 21). Kedua, isteri harus tunduk dan taat terhadap suami, karena suami adalah kepala (ayat 22-23). Hubungan suami isteri ini Paulus jadikan analogi untuk menjelaskan tentang hubungan Kristus dengan jemaat. Sebagai Kepala, Kristus tidak bertindak sewenang-wenang terhadap tubuh-Nya, tetapi justru memelihara dan memberikan pertumbuhan hingga menjadi dewasa. Ketiga, Suami, sebagai kepala haruslah mengasihi isteri (ayat 25). Oleh karena kasih-Nya kepada mempelai-Nya, Kristus rela mengurbankan diri-Nya.

Dari penjelasan ini, kita menemukan hal menarik, yaitu bahwa Paulus tidak berbicara masalah otoritas atau kekuasaan tetapi berbicara tentang cinta kasih suami terhadap isteri. Paulus tetap mengarahkan para suami untuk menjadikan salib Kristus sebagai patokan untuk bertindak; dan bagi para isteri Paulus mengingatkan untuk tunduk dan hormat pada suami yang mengasihinya. Jika setiap pasangan suami isteri Kristen memberlakukan prinsip ini dalam rumah tangganya, dapat dipastikan bahwa tidak ada suami yang menindas isteri dan tidak ada isteri yang tidak tunduk dan tidak hormat kepada suami, karena mereka saling memperlakukan dengan penuh kasih sayang dan hormat.

Pernikahan Anda menggambarkan relasi Anda dengan Kristus. Jadikanlah nasihat Paulus ini sebagai pedoman dalam rumah tangga Anda.
Injil hari ini, Tetap tinggal bersama Yesus
Situasi jadi berkembang. Sebelumnya orang-orang Yahudi yang bersungut-sungut karena mendengar perkataan Yesus. Kemudian malah murid-murid Yesus yang mengundurkan diri karena tidak sanggup menerima pengajaran-Nya.

Memang ada orang yang mengikut Yesus sebagai murid. Mereka ikut Dia ke padang belantara, di mana Ia mengajar mereka dan memberi mereka makan. Namun mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Dia, pada misi dan pelayanan-Nya sebagai Mesias bagi Israel. Mereka menyatakan bahwa pengajaran Yesus terlalu berat. Padahal faktanya tidaklah demikian. Mereka hanya tidak suka pada apa yang mereka dengar. Oleh sebab itu, mereka tidak ingin mendengar lebih banyak lagi. Yesus tahu yang sesungguhnya ada di dalam hati mereka. Sebenarnya mereka tidak dapat menangkap makna rohani dari perkataan-Nya. Mereka bingung, bagaimana mungkin orang dapat memperoleh hidup kekal melalui makan daging-Nya dan minum darah-Nya. Namun Yesus tahu bahwa orang tidak mungkin percaya bila tidak ditarik Bapa. Bahkan orang seperti Yudas Iskariot yang telah mendengar dan melihat semua yang Yesus lakukan, tidak memiliki iman yang sungguh-sungguh kepada Yesus.

Banyak orang yang seperti itu. Mengikut Yesus hanya sementara waktu, yakni sepanjang pengajaran Yesus dan konsekuensi menyangkut Yesus tidak bertabrakan dengan faham, kebiasaan, atau keinginan-keinginan manusiawi mereka. Namun ketika harus menerima seluruh pengajaran Yesus dan juga kehendak-Nya, saat itulah iman semu menjadi runtuh. Mereka tidak mau lagi mendengar perkataan Tuhan dan menolak untuk mengikut Yesus secara serius.

Kiranya kita menjadi seperti para murid sejati, yang meskipun tidak memahami pengajaran Yesus pada waktu itu, tetapi mau percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Mereka percaya bahwa hanya melalui Dia mereka mendapat hidup kekal. Mereka tetap bersama Yesus dan menyilakan Yesus membentuk dan mengubah mereka!

DOA: Tuhan Yesus, Engkau adalah roti yang turun dari surga untuk mengangkat kami ke surga. Engkau menyisihkan mahkota kemuliaan-Mu di surga dan datang ke tengah-tengah kami di dunia sebagai manusia dina dan miskin, menawarkan kepada kami keikutsertaan dalam kehidupan kekal. Bahkan sekarang pun – setiap hari – Engkau memberikan Ekaristi kepada kami. Engkau datang untuk menemui kami dalam doa dan dalam sabda-Mu dalam Kitab Suci, menguatkan kami dan mencurahkan kasih-Mu ke atas diri kami setiap hari. Tolonglah agar kami dapat memegang segala karunia sangat berharga yang telah Kauberikan kepada kami. Amin. (Lucas Margono)

Agustus23