Renungan Jumat 1 Agustus 2014

Renungan Jumat, 1 Agustus 2014; Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Pw S. Alfonsus Maria de Ligouri, UskPujG (P)

Bacaan I: Yer. 26 :1-9

Yeremia mau dibunuh, karena menubuatkan kemusnahan Bait Suci, Nabi Uria dihukum mati
26:1 Pada permulaan pemerintahan Yoyakim, anak Yosia raja Yehuda, datanglah firman ini dari TUHAN, bunyinya: 26:2 Beginilah firman TUHAN: “Berdirilah di pelataran rumah TUHAN dan katakanlah kepada penduduk segala kota Yehuda, yang datang untuk sujud di rumah TUHAN, segala firman yang Kuperintahkan untuk kaukatakan kepada mereka. Janganlah kaukurangi sepatah katapun! 26:3 Mungkin mereka mau mendengarkan dan masing-masing mau berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat, sehingga Aku menyesal akan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka oleh karena perbuatan-perbuatan mereka yang jahat. 26:4 Jadi katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN: Jika kamu tidak mau mendengarkan Aku, tidak mau mengikuti Taurat-Ku yang telah Kubentangkan di hadapanmu, 26:5 dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi, yang terus-menerus Kuutus kepadamu, — tetapi kamu tidak mau mendengarkan — 26:6 maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi.” 26:7 Para imam, para nabi dan seluruh rakyat mendengar Yeremia mengucapkan perkataan-perkataan itu dalam rumah TUHAN. 26:8 Lalu sesudah Yeremia selesai mengatakan segala apa yang diperintahkan TUHAN untuk dikatakan kepada seluruh rakyat itu, maka para imam, para nabi dan seluruh rakyat itu menangkap dia serta berkata: “Engkau harus mati! 26:9 Mengapa engkau bernubuat demi nama TUHAN dengan berkata: Rumah ini akan sama seperti Silo, dan kota ini akan menjadi reruntuhan, sehingga tidak ada lagi penduduknya?” Dan seluruh rakyat berkumpul mengerumuni Yeremia di rumah TUHAN.

Mzm 69:5,8-10,14

Bacaan Injil Mat 13:54-58

13:54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? 13:55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? 13:56 Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” 13:57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” 13:58 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.

Renungan

Beragam cara orang merespons kebenaran. Namun motivasilah yang menentukan kesejatian iman, adakah mereka sungguh-sungguh bertobat dan menerima kebenaran Ilahi atau hanya berpura-pura menyesal demi kepentingan pribadi?

Firman Tuhan yang Yeremia sampaikan jelas menuntut pertobatan, supaya murka Allah tidak jadi dijatuhkan untuk menghancurkan Yehuda (3). Hukuman Allah pasti akan jatuh dan membuat kota-kota mereka hancur seperti yang terjadi dengan Silo pada masa Hakim Eli, kecuali mereka bertobat (1Sam. 2:11-17). Tanpa pertobatan tidak mungkin menghindari hukuman (Yer. 26:6). Respons umat yang hendak menghukum mati Yeremia membuktikan mereka tidak peka akan dosa mereka yang menjijikkan, sebaliknya hanya melihat Yeremia sebagai penyampai berita celaka (9)!

Sepintas, sikap atau respons para pemuka Yehuda lebih baik daripada pemimpin agama dan umat karena para pemuka ini mencegah Yeremia dibunuh (16). Sikap pemuka Yehuda ini didukung oleh para tua-tua, dengan alasan dahulu pun Nabi Mikha bernubuat serupa dengan Yeremia, namun Raja Hizkia mendengarkan nasihat firman Tuhan, dan Yehuda terluput dari kehancuran (18-19). Namun jelas motivasi mereka memberi usul itu bukan karena menyesali dosa, melainkan menghindari hukuman dosa. Tidak ada tanda-tanda pertobatan sejati. Bahkan Yoyakim membunuh Nabi Uria bin Semaya, yang dengan berani juga menubuatkan hancurnya Yerusalem (20-23). Uria dibunuh karena pelariannya ke Mesir (21) membuat ia seolah membelot. Sebaliknya Yeremia luput dari tindakan keji karena dilindungi oleh Ahikam (24).

Pertobatan sejati pasti menyesali dosa, tidak sekadar menghindari penghukuman. Tuhan yang mengenal hati manusia, tidak tertipu oleh respons munafik.

Hati yang licik tak mungkin luput dari hukuman Allah yang Mahatahu dan Mahaadil!

Injil hari ini Yesus di tolak di tempat asalnya.
Nubuat Yesaya yang dikutip Yesus (Mat. 13:14-15) kini digenapi secara ironis dalam penolakan terhadap Yesus di Nazaret. Meski Kapernaum pusat pelayanan-Nya, Yesus tetap menganggap Nazaret kota asal-Nya. Yesus masuk ke kota asal-Nya. Awalnya Ia disambut hangat, bahkan diundang berkhotbah di sinagoge di tempat asal-Nya. Jemaat yang mendengar khotbah Yesus bahkan sangat takjub oleh perkataan-Nya. Khotbah Yesus disebut sebagai sangat berhikmat (ayat 54). Jikalau khotbah Yesus begitu memukau mengapa mereka menolak Yesus?

Penduduk Nazaret mengenal keluarga Yesus. Mereka mengenal Yusuf, ayah-Nya seorang tukang kayu (ayat 54-56). Ibu Yesus mereka kenal, bahkan sanak saudara yang disebut sebagai saudara-saudara Yesus semuanya mereka kenal. Keluarga Yesus mereka kenal secara baik dan intim. Karena latar belakang keluarga Yesus yang bersahaja dan bukan dari keturunan rohaniwan zaman itu, sulit bagi mereka memahami asal usul ajaran Yesus. Mereka berpendapat bahwa orang biasa tidak mungkin mampu berkhotbah dengan hikmat sedemikian. Ajaran yang demikian berhikmat pastilah berasal dari Allah. Mengakui Yesus sebagai nabi saja sulit apalagi menerima-Nya sebagai Anak Allah.

Sikap penolakan penduduk Nazaret terhadap Yesus terutama bukan dalam bentuk menolak Yesus secara fisik, tetapi menolak untuk percaya pada Yesus. Faktor yang membuat mereka sulit menerima diri dan pelayanan Yesus adalah bahwa Allah menyatakan kemuliaan-Nya di dalam kesahajaan manusia Yesus. Yesus tidak datang dengan kekuatan militer untuk menggempur musuh-musuh-Nya. Faktor ini juga yang menjadi batu sandungan dari zaman ke zaman, yaitu bahwa kuasa keselamatan Allah datang melalui kematian Yesus di salib. Bagi dunia kayu salib merupakan lambang kekalahan.

Renungkan: Bersiaplah menerima reaksi negatif orang karena iman anda akan Yesus yang tersalib adalah jalan keselamatan dari Allah untuk manusia.

DOA: Tuhan Yesus, ampunilah kami karena membatasi karya-Mu dalam diri kami masing-masing. Ampunilah kami untuk ketidakpedulian kami, prasangka kami, kebutaan kami yang membatasi keterbukaan kami bagi-Mu. Datanglah, ya Roh Kudus, terangilah kegelapan pikiran kami dan ajarlah kami bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.

yesus-mengajar-di-sinagoga

Renungan Kamis, 31 Juli 2014

Renungan Kamis, 31 Juli 2014; Hari Biasa; Pekan Biasa XVII

Pw. St. Ignatius dr Loyola (Im);

Bacaan I : Yer 18:1-6

Pelajaran dari pekerjaan tukang periuk
18:1 Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: 18:2 “Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu.” 18:3 Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. 18:4 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. 18:5 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya: 18:6 “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!

Mzm. 146:2abc,2d-4,5-6

Bacaan Injil : Mat 13:47-53

Perumpamaan tentang pukat
13:47 “Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 13:48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 13:49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 13:50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 13:51 Mengertikah kamu semuanya itu?” Mereka menjawab: “Ya, kami mengerti.” 13:52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.”
13:53 Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.

Renungan:

Tukang periuk Illahi.
Yeremia diutus pergi ke tukang periuk dan memperhatikan bagaimana ia bekerja. Ketika bejana yang sedang dibentuknya rusak atau mempunyai cacat, bejana tersebut dihancurkan menjadi tanah liat kembali, kemudian dibentuk ulang agar menjadi bejana yang lebih baik. Allah memberitahukan Yeremia bahwa Ia akan bertindak terhadap Yehuda seperti tukang periuk itu terhadap bejana tanah liatnya. Ia akan membentuk bangsa Yehuda terus-menerus melalui penghukuman dan pembaharuan, hingga menjadi bangsa pilihan sesuai kehendak-Nya. Yeremia segera mewartakan berita ini kepada seluruh Yehuda dan mendesak mereka untuk bertobat. Namun bangsa Yehuda bersikeras bahwa semua sudah terlambat dan tetap tidak mau mengubah jalannya.

Alam secara konsisten mengikuti pola kehidupan yang sudah ditentukan Allah. Namun bangsa Yehuda telah meninggalkan pola kehidupan yang sudah Allah sediakan bagi mereka. Bangsa Yehuda seperti bejana tanah liat yang rusak sehingga harus dihancurkan, untuk kemudian dibentuk dan diperbaharui lagi menjadi bangsa yang sesuai rencana-Nya. Berita yang Allah komunikasikan melalui gambaran pekerjaan tukang periuk bukanlah semata-mata berita tentang kedaulatan Allah namun berita tentang anugerah Allah. Sekalipun umat-Nya membangkang terhadap ‘tukang periuk’ Illahi namun Allah tetap sudi mengulangi pekerjaan dari awal dan membentuk kembali bangsa pilihan-Nya menjadi periuk yang baik yang sudah Ia rencanakan sejak semula. Bangsa Yehuda yang tetap memberontak kepada Allah dan terlalu terlambat meninggalkan jalannya yang sesat, akan mengalami penderitaan dan penghancuran ketika Babel menyerang. Mereka yang selamat dari penyerangan Babel menjadi ‘tanah liat’ yang siap dibentuk kembali di tangan-Nya.

Sampai kini pun Allah masih menjadi tukang periuk Illahi bagi kehidupan kita. Ia bekerja melalui berbagai peristiwa yang menyakitkan, menyedihkan, dan menyesakkan, agar terus membentuk kita menjadi bejana indah yang sesuai dengan maksud-Nya. Kita harus senantiasa melembutkan dan tidak mengeraskan hati ketika ditegur karena dosa-dosa kita, sehingga Dia dapat bekerja di dalam diri kita dan menjadikan kita indah pada waktunya.

Injil hari ini Yesus menyampaikan dua perumpamaan tentang Kerajaan surga. Dua perumpamaan ini merupakan perumpamaan-perumpamaan terakhir yang disajikan oleh Matius dalam serangkaian ajaran tentang Kerajaan Allah (Mat 13:1-52). Dalam perumpamaan ini, Yesus mengajar tentang akhir zaman di mana yang baik akan dipisahkan dari yang jahat. Implikasinya adalah bahwa yang baik dan yang buruk akan ada bersama dalam Gereja atau komunitas iman sampai dilakukannya suatu pekerjaan pemisahan yang bersifat final. Para pengikut Yesus berpartisipasi dalam pekerjaan memajukan Kerajaan Surga. Mereka menjadi para “penjala manusia” yang berarti “penginjil” (lihat Mat 4:19). Kendati demikian, pekerjaan final untuk memisah-misahkan diserahkan kepada Allah (dilambangkan dalam perumpamaan ini oleh para malaikat). Orang-orang jahat akan dihakimi dan akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi (lihat Mat 13:49-50). Mereka akan mengalami rasa penyesalan yang tak henti-hentinya.

Catatan Matius perihal kata-kata Yesus sehubungan dengan “tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya” (Mat 13:52), digunakan sebagai ikhtisar ajaran-ajaran-Nya tentang Kerajaan Surga seperti termuat dalam berbagai perumpamaan-Nya. Para pengikut Yesus, khususnya mereka yang berfungsi sebagai para pemimpin Gereja “yang menerima pelajaran tentang Kerajaan Surga” (Mat 13:52) harus melakukan discernment manakah yang mempunyai nilai di antara harta yang baru dan yang lama. Istilah-istilah “baru” dan “lama” dapat ditafsirkan secara simbolis sebagai acuan kepada perjanjian baru dan perjanjian lama.

Sang tuan rumah adalah seorang ahli dalam memahami nilai dari hartanya yang baru maupun nilai dari hartanya yang lama. Dengan cara serupa, setiap ahli Taurat (yang memperoleh pendidikan dalam hal-hal yang spiritual) juga harus ahli dalam membeda-bedakan nilai spiritual dari ajaran perjanjian baru maupun perjanjian lama. Yesus datang untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab-kitab para nabi dan bukan untuk meniadakannya (Mat 5:17). Jadi seorang ahli Taurat yang bijak harus melakukan discernment bagaimana Yesus – sang Penggenap hukum Taurat – adalah jawaban terhadap berbagai nubuat yang terdapat dalam Kitab Suci Ibrani.

Ketika Yesus selesai mengajar dengan perumpamaan-perumpamaan itu, Ia pun pergi dari situ (Mat 13:53) dan melanjutkan misi-Nya untuk mengajar, terus bekerja mempersiapkan orang banyak untuk menerima Dia dalam penderitaan sengsara-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Dia meninggalkan para murid-Nya yang akan lebih memahami tantangan yang harus dihadapi oleh mereka yang akan merangkul Kerajaan Allah.

DOA: Tuhan Yesus, semoga Roh Kudus-Mu memberikan kepada kami hikmat untuk merangkul Kerajaan Allah dengan lebih erat lagi. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Terpujilah nama-Mu selama-lamanya. Amin.

Tukang periuk

Renungan Rabu, 30 Juli 2014

Renungan Rabu 30 Juli 2014, Hari biasa; Pekan Biasa XVII

St. Petrus Krisologus UskPujG; St. Yustinus de Yakobis, Usk; Hari Raya Pemberkatan Katedral Semarang (KAS)

Bacaan I : Yer 15:10,16-21

Pergumulan nabi Yeremia
15:10 Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan aku, seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri. Aku bukan orang yang menghutangkan ataupun orang yang menghutang kepada siapapun, tetapi mereka semuanya mengutuki aku.
15:16 Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam. 15:17 Tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau; karena tekanan tangan-Mu aku duduk sendirian, sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram. 15:18 Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai. 15:19 Karena itu beginilah jawab TUHAN: “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka. 15:20 Terhadap bangsa ini Aku akan membuat engkau sebagai tembok berkubu dari tembaga; mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk menyelamatkan dan melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN. 15:21 Aku akan melepaskan engkau dari tangan orang-orang jahat dan membebaskan engkau dari genggaman orang-orang lalim.”

Mzm 59:2-3,4-5a,10-11,17-18

Bacaan Injil : Mat 13:44-46

Perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga
13:44 “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”

Renungan:

Firman-Nya memotivasi dan menguatkan.
Seorang diri mempertahankan kebenaran dalam masyarakat yang menentangnya bukanlah perkara mudah. Sebab tindakan ini akan mendatangkan konsekuensi yang menyakitkan bahkan maut.

Yeremia merasakan kesakitan itu ketika memberitakan penghukuman Allah atas bangsa Yehuda. Ia dikucilkan bahkan dikutuki banyak orang. Dia duduk seorang diri dan menanggung kesakitan yang tiada berkesudahan. Apa yang memotivasi dan menguatkan dia hingga tetap setia? Firman Tuhan! Yeremia menempatkan firman Tuhan di dalam hatinya sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan dan keberadaannya. Ketika menemukan makna kebenaran firman-Nya, hatinya dipenuhi kegirangan dan suka cita. Semakin lama dan semakin banyak ia menikmati firman-Nya, semakin ia menyadari apa makna membawa nama Tuhan dalam hidupnya. Disamping itu Yeremia juga dikuatkan dan dibentengi oleh Allah. Tidak seorang pun dan tidak satu pun yang akan dapat menembus tembok perlindungan yang dibangun Allah di sekeliling hamba-Nya. Namun harus diingat peringatan yang mengikutinya yaitu ‘biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka’. Artinya mereka yang menentang Yeremia suatu saat dapat masuk ke dalam perlindungan Allah sebab firman Allah selalu mengundang mereka untuk masuk ke dalam anugerah-Nya, namun Yeremia tidak boleh meninggalkan komitmennya kepada firman Tuhan dan berpaling kepada prinsip dan nilai bangsa Yehuda.

Renungkan: Kita pun seringkali harus menelan pil pahit, dikucilkan bahkan mengalami penderitaan ketika mempertahankan iman kita. Kita semua ingin menjadi orang yang disukai oleh masyarakat. Seringkali kita dapat menjadi orang yang demikian tanpa mengkompromikan kebenaran firman-Nya. Namun ketika terjadi konflik dan ketegangan antara mempertahankan kebenaran firman-Nya dan memelihara hubungan dengan sesama, kita harus selalu ingat bahwa kita membawa nama Tuhan dalam kehidupan kita. Biarlah firman-Nya ‘Aku menyertai engkau untuk menyelamatkan dan melepaskan engkau’ yang akan menuntun dan menguatkan kita, ketika kita berperan sebagai utusan Allah di dalam masyarakat.

Injil hari ini mengajarkan tentang Mencari sebuah nilai.
Nilai suatu benda dapat terletak pada benda itu sendiri atau ada faktor lain di luar benda tersebut yang membuatnya berarti. Sebagai contoh: sebuah cincin emas sangat berarti karena nilai dirinya sendiri; berbeda halnya dengan sebuah cincin imitasi, akan berarti bagi seorang gadis karena cincin tersebut adalah pemberian sang kekasih hati. Cincin emas murni tidak akan luntur nilainya ditelan zaman, namun cincin imitasi mungkin akan berubah tidak bernilai karena kekasih hati sang gadis telah pergi meninggalkannya.

Yesus menekankan betapa bernilainya hal Kerajaan Sorga melalui 2 gambaran: (ayat 1) harta yang terpendam di ladang. Ketika orang menemukan harta terpendam ini, ia sangat bersukacita karena menemukan sesuatu yang sangat bernilai. Maka segala miliknya yang lain menjadi tidak berarti dibandingkan harta tersebut. Ia rela menjual segala miliknya demi mendapatkan harta yang terpendam itu. Seorang pedagang sengaja mencari mutiara karena ia tahu betapa berharganya mutiara itu. Maka setelah ia menemukan mutiara yang dicarinya, ia segera menjual segala miliknya untuk membeli mutiara tersebut. Kedua perumpamaan ini menggambarkan betapa bernilainya hal Kerajaan Sorga, namun tidak setiap orang yang mendengarnya mengerti hal ini. Seorang yang menyadari betapa bernilainya hal Kerajaan Sorga, dengan sukacita akan meninggalkan apa pun dalam dunia ini asalkan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam Kerajaan Sorga.

Adakah sesuatu yang lebih bernilai dalam hidup Anda sehingga menghalangi untuk mendapatkan Kerajaan Sorga? Sebagai penutup, Yesus kembali mengingatkan tentang kesudahan zaman dimana akan terjadi pemisahan antara orang benar dan orang fasik. Bila tiba akhir zaman maka tidak ada lagi kesempatan bagi orang fasik untuk menyesali keadaannya, karena semuanya sudah terlambat. Ini pun menjadi peringatan bagi kita bahwa kesempatan ini sangat terbatas.
Renungkan: Nilai apakah yang sedang kita cari? Seperti orang yang menemukan harta terpendam dan seperti seorang yang mencari mutiara, ataukah seperti orang-orang yang menolak Yesus karena mencari kebenaran berdasarkan hikmat manusia? Hikmat manusia tidak dapat menembus nilai kekekalan yang dimiliki Yesus. Seorang yang mau membuka hatinya bagi kebenaran-Nya, akan menggali nilai kekekalan di dalam Diri-Nya.

DOA: Tuhan Yesus, aku cinta pada-Mu! Engkau adalah harta paling berharga yang aku dapat miliki, dan Engkau dengan bebas-merdeka telah memberikan diri-Mu sendiri bagiku. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu sambil melepas segalanya yang lain, sehingga dengan demikian Engkau dapat hidup di dalam diriku, dan aku dalam Engkau. Amin.

Harta kebun

Renungan Selasa, 29 Juli 2014

Renungan Selasa 29 Juli 2014, Hari Biasa; Pekan Biasa XVII

Pw St. Martha

Bacaan I : Yer 14:17-22

14:17 Katakanlah perkataan ini kepada mereka: “Air mataku bercucuran siang dan malam dengan tidak berhenti-henti, sebab anak dara, puteri bangsaku, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan. 14:18 Apabila aku keluar ke padang, di sana ada orang-orang yang mati terbunuh oleh pedang! Apabila aku masuk ke dalam kota, di sana ada orang-orang sakit kelaparan! Bahkan, baik nabi maupun imam menjelajah negeri yang tidak dikenalnya.” 14:19 Telah Kautolakkah Yehuda sama sekali? Telah merasa muakkah Engkau terhadap Sion? Mengapakah kami Kaupukul sedemikian, hingga tidak ada kesembuhan lagi bagi kami? Kami mengharapkan damai sejahtera, tetapi tidak datang sesuatu yang baik; mengharapkan waktu kesembuhan, tetapi hanya ada kengerian! 14:20 Ya TUHAN, kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami; sungguh, kami telah berdosa kepada-Mu. 14:21 Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, dan janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu! Ingatlah perjanjian-Mu dengan kami, janganlah membatalkannya! 14:22 Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?

Mzm 79:8,9,11,13

Bacaan Injil ; Yoh 11:19-27, atau Luk 10:38-42

11:19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. 11:20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. 11:21 Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. 11:22 Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” 11:23 Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.” 11:24 Kata Marta kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” 11:25 Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, 11:26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” 11:27 Jawab Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”

Renungan:

Nabi sejati vs nabi palsu
Perikop ini berisi doa syafaat Yeremia mewakili umat Yehuda dan jawab Allah terhadap doa tersebut. Bencana kekeringan yang luar biasa terjadi sekitar tahun 587 sM. Kota, tanah pertanian, pegunungan, manusia, hewan, orang besar, rakyat jelata, semua menanggung akibat parah kekeringan tersebut. Meski setelah mendengar tentang ancaman kekeringan berat ini pun, Yehuda tetap saja mengeraskan hati.

Andaikan Yehuda mengakui dosa-dosa mereka dan memohon ampunan tentu mereka akan beroleh belas kasihan Allah. Oleh karena mereka tidak melakukan itu, Yeremia bertindak mewakili bangsanya mengakui dosa, memohon ampun, bersyafaat. Namun pertobatan harus datang dari keinsyafan orang yang bersangkutan. Karena itu Allah melarang Yeremia mendoakan bangsanya. Tetapi berpegang pada peringatan dan pengajaran-Nya, Allah berketetapan mengirimkan perang, kelaparan dan penyakit sampar.

Sebagai nabi sejati, Yeremia sudah berdoa sesuai kebenaran firman. Lalu ia menanti Tuhan meski hatinya sedih tentang bangsanya. Lain halnya dengan para nabi palsu. Mereka meninabobokan Yehuda dengan doa-doa bahwa Tuhan memberi damai tanpa mereka harus bertobat. Para nabi dan negarawan seperti itu hanya ingin menyenangkan hati umat dan beroleh untung bukan menyampaikan pesan Tuhan dengan segala risikonya.

Pada masa kini, orang Kristen wajib menjadi nabi bagi zaman ini. Kita harus mengumandangkan kebenaran, memberi peringatan keras Tuhan terhadap orang-orang yang tidak mau bertobat. Kita juga justru harus melawan pengkhotbah-pengkhotbah yang hanya mengumandangkan kabar baik murahan tanpa harus meninggalkan dosa.

Camkan: Tuhan tidak dapat dipermainkan. Pertobatan sejati harus terjadi untuk menghindarkan diri dari murka-Nya yang dahsyat.

Bacaan Injil Hari ini Yesus membangkitkan saudara Marta dan Maria yang mati. Dalam prolog Injil Yohanes kita melihat bagaimana Yesus Kristus, sang Terang, datang ke dalam dunia. Namun dunia tidak mengenal Dia dan tidak percaya kepada Dia (Yoh. 1:9-11). Walaupun begitu Tuhan Yesus memberikan kuasa kepada orang-orang yang menerima dan percaya kepada Dia untuk menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Topik itu kemudian mewujud dalam interaksi Tuhan Yesus dengan Marta di dalam bacaan ini.

Kata-kata tanggapan Marta di dalam ayat 22 ”Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Ini masih mencerminkan jawaban standar yang belum dilengkapi dengan terang pemahaman yang diberikan oleh Tuhan Yesus. Apa yang mendasari sikap Marta memang benar dan baik, juga tidak sesat. Namun sikapnya itu sendiri belum lengkap. Allah punya kehendak khusus bagi situasi ini, yaitu bahwa Lazarus akan dibangkitkan demi kemuliaan Tuhan Yesus, Anak Allah (lih. ayat 4). Ini belum disadari Marta. Barulah pada tanggapan kedua Marta mengungkapkan kepercayaannya, yakni dalam kalimat yang mirip sekali dengan Yoh. 1:9. Kini Marta bukan sekadar percaya kepada mukjizat Yesus (yang memang belum terjadi), tetapi kepada firman Yesus bahwa Ia adalah “kebangkitan dan hidup”. Kematian dan kebangkitan manusia tidak bisa dilepaskan dari sikap percaya kepada Yesus. Tanggapan inilah yang hendak diusung Injil Yohanes dalam bacaan ini, tanggapan yang seharusnya muncul juga dalam diri kita, tanggapan kepada Sang Anak Allah yang telah datang ke dunia ini.

Sebagai orang Kristen, pernyataan dan pengakuan yang benar, baik, dan tidak sesat sewajarnya kerap keluar dari mulut kita. Namun bukan itu yang paling penting. Bacaan Kitab Suci hari ini menunjukkan pentingnya memberi tanggapan yang benar, bukan sekadar menyatakan wawasan ortodoks tentang jatidiri Yesus melainkan juga kesadaran dan penerimaan akan kehendak-Nya bagi situasi dan waktu kita saat ini. Tuhan Yesus menghendaki kita jadi pemberita keberadaan diri-Nya yang adalah kebangkitan dan hidup.

DOA: Tuhan Yesus, aku percaya Engkau dan janji-janji-Mu. Hari ini aku akan hidup untuk-Mu saja. Anugerahkanlah rahmat-Mu kepadaku agar mampu berjalan dalam terang-Mu dan mengalami banyak saat iman yang terang-benderang pada hari ini. Amin.

Lasarus

Renungan Senin, 28 Juli 2014

Renungan Senin, 28 Juli 2014, Hari Biasa, Pekan Biasa XVII

Bacaan I : Yer 13:1-11

Ikat pinggang yang menjadi lapuk
13:1 Beginilah firman TUHAN kepadaku: “Pergilah membeli ikat pinggang lenan, ikatkanlah itu pada pinggangmu, tetapi jangan kaucelupkan ke dalam air!” 13:2 Maka aku membeli ikat pinggang seperti yang difirmankan TUHAN, lalu mengikatkannya pada pinggangku. 13:3 Sesudah itu datanglah firman TUHAN kepadaku untuk kedua kalinya, bunyinya: 13:4 “Ambillah ikat pinggang yang telah kaubeli dan yang sekarang pada pinggangmu itu! Pergilah segera ke sungai Efrat untuk menyembunyikannya di sana di celah-celah bukit batu!” 13:5 Maka pergilah aku, lalu menyembunyikannya di pinggir sungai Efrat seperti yang diperintahkan TUHAN kepadaku. 13:6 Sesudah beberapa waktu lamanya, berfirmanlah TUHAN kepadaku: “Pergilah segera ke sungai Efrat mengambil dari sana ikat pinggang yang Kuperintahkan kausembunyikan di sana!” 13:7 Maka pergilah aku ke sungai Efrat, lalu aku menggali dan mengambil ikat pinggang itu dari tempat aku menyembunyikannya, tetapi ternyata ikat pinggang itu sudah lapuk, tidak berguna untuk apapun. 13:8 Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: 13:9 “Beginilah firman TUHAN: Demikianlah Aku akan menghapuskan kecongkakbongakan Yehuda dan Yerusalem. 13:10 Bangsa yang jahat ini, yang enggan mendengarkan perkataan-perkataan-Ku, yang mengikuti kedegilan hatinya dan mengikuti allah lain untuk beribadah dan sujud menyembah kepada mereka, akan menjadi seperti ikat pinggang ini yang tidak berguna untuk apapun. 13:11 Sebab seperti ikat pinggang melekat pada pinggang seseorang, demikianlah tadinya segenap kaum Israel dan segenap kaum Yehuda Kulekatkan kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN, supaya mereka itu menjadi umat, menjadi ternama, terpuji dan terhormat bagi-Ku. Tetapi mereka itu tidak mau mendengar.”

Mzm Ul. 32:18-19,20-21,

Bacaan Injil : Mat 13:31-35

Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi
13:31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. 13:32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.” 13:33 Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” 13:34 Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, 13:35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: “Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.”

Renungan:

Jangan bermain-main dengan dosa.
Dua peringatan yang diberikan oleh Allah ini, walaupun menggunakan 2 cara, mempunyai tujuan yang sama yaitu jangan bermain-main dengan dosa.Peringatan pertama menggunakan aksi simbolik yang diperagakan oleh Yeremia: yaitu membeli ikat pinggang, memakainya, dan menjaganya supaya tidak tercelup air. Kemudian ikat pinggang tadi dibawa ke sungai Efrat dan disembunyikan di celah-celah batu . Beberapa bulan kemudian ikat pinggang itu diambil dan ternyata telah lapuk serta tidak berguna. Ikat pinggang itu melambangkan bangsa Yehuda yang kudus dan tak bercacat ketika pertama kali dipanggil oleh Allah. Seperti ikat pinggang dekat dengan pemakainya, segenap bangsa Yehuda dulu juga bergaul akrab dengan Allah sehingga mereka menjadi umat-Nya yang memuji dan memuliakan Dia di hadapan bangsa-bangsa. Namun kini mereka menjadi tercela karena persekongkolan dengan Asyur untuk meminum sungai Efrat dan menjadi penyembah berhala kafir. Mereka menjadi seperti ikat pinggang yang menjadi lapuk dan tidak berguna. Mereka tidak lagi ternama, terpuji, dan terhormat bagi Allah .

Peringatan kedua berdasarkan pepatah yang mengatakan bahwa setiap buyung harus dipenuhi dengan anggur. Bangsa Yehuda yang dilambangkan sebagai buyung anggur telah kehilangan fungsinya. Mereka sekarang tidak berguna dan hanya pantas dihancurkan. Penghukuman Allah tidak memandang orang, siapa pun yang berdosa akan tertimpa penghukuman. Ketika kemuliaan sebagai umat Allah sudah berlalu dari bangsa Yehuda, mereka hanya seperti buyung anggur yang kosong, yang tidak berguna. Mereka tidak dapat menuntut kepada Allah bahwa dulu Allah sudah memilih mereka. Hak istimewa sebagai umat Allah selalu disertai dengan tanggung jawab. Bangsa Yehuda yang tidak bertanggungjawab tidak dapat berharap bahwa Allah akan meluputkan mereka dari hukuman.

Kita boleh bangga menjadi umat pilihan Allah. Namun peringatan di atas juga menjadi peringatan bagi kita. Jangan biarkan kita dilapukkan oleh dosa dan menjadi buyung anggur kosong, sehingga kita menjadi orang Kristen yang tidak berguna bagi Allah dan sesama. Renungkanlah apa yang dapat membuat kita menjadi lapuk dan menjadi buyung anggur kosong!

Injil hari ini Yesus mengajar dengan perumpamaan tentang rahasia Kerajaan Allah.

Yesus mengajar dengan berbagai perumpamaan tidak saja kepada orang banyak, tetapi juga kepada para murid-Nya. Lima perumpamaan yang kita baca kini berbicara tentang Kerajaan Surga. Dua yang pertama untuk orang banyak, tiga yang terakhir untuk para murid.
Perumpamaan pertama menegaskan daya pertumbuhan dahsyat Kerajaan Surga. Seperti halnya benih sesawi awalnya seolah kecil, tetapi sesudah bertumbuh pasti akan menjadi pohon teramat besar, demikian juga dengan pewartaan Kerajaan Surga yang Yesus beritakan. Tekanan lain kita jumpai dalam perumpamaan ragi. Perubahan menyeluruh Kerajaan Surga berlangsung secara diam-diam namun nyata. Kata kunci adalah kata menyeluruh. Proses perubahannya tidak kelihatan, tetapi akibatnya terhadap seluruh dunia jelas terlihat. Seluruh alam semesta mengalami transformasi. Kerajaan Surga bekerja dahsyat memperbarui seluruh ciptaan.

Kerajaan Surga harus ditanggapi dengan benar. Pengurbanan seperti yang dilakukan penemu harta terpendam mutlak dilakukan oleh mereka yang ingin menjadi warga Kerajaan Surga. Kerajaan Surga menjadi yang terutama dan pertama dalam hidup sehingga segala sesuatu menjadi tidak berharga. Pengurbanan itu akan tidak sebanding dengan nilai Kerajaan Surga dan sukacita mendapatkannya. Warta Kerajaan Surga bukan untuk ditanggapi sambil lalu. Tanggapan orang terhadap warta Kerajaan Surga itu akan menentukan nasib kekalnya. Maka warta Kerajaan Surga sekaligus menjanjikan hidup kekal dan binasa kekal. Yesus tidak saja mengajarkan tentang Kerajaan Surga, Ia sendiri adalah Kerajaan Surga itu. Ia menjalani pemerintahan Allah dalam hidup-Nya, mewujudkan Kerajaan Surga dengan mati dan bangkit mengalahkan dosa dan maut.

Renungkan: Memang dari kita dituntut kesediaan melepas hal-hal yang kita anggap berharga. Itu bukan lagi kerugian, sebab yang kita dapatkan adalah hidup Yesus sendiri.

DOA: Tuhan Yesus, semoga Roh Kudus-Mu memberikan kepada kami hikmat untuk merangkul Kerajaan Allah dengan lebih erat lagi. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Terpujilah nama-Mu selama-lamanya. Amin.

Yesus-mengajar-perumpamaan-biji-sesawi

Renungan Minggu, 27 Juli 2014

Renungan Misa Kudus Minggu, 27 Juli 2011; Hari Minggu Biasa XVII

Bacaan I: Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-raja 3:5.7-12

“Salomo meminta hikmat dan pengertian.”
3:5 Pada suatu malam Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi. Beginilah firman Tuhan Allah, “Mintalah apa yang kauharapkan dari pada-Ku!3:7 Lalu Salomo berkata, “Ya Tuhan, Allahku, Engkau telah mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman. 3:8 Kini hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kaupilih, suatu umat yang besar yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya. 3:9 Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan tepat, dengan membedakan mana yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini? ” 3:10 Tuhan sangat berkenan bahwa Salomo meminta hal yang demikian. 3:11 Maka berfirmanlah Allah kepada Salomo, “Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian, dan tidak meminta umur yang panjang atau kekayaan, atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, 3:12 maka Aku akan melakukan sesuai dengan permintaanmu! Sungguh Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau pun takkan bangkit seorang seperti engkau.

Bacaan II: Roma 8:28-30

8:28 Saudara-saudara, kita tahu, bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. 8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Anak-Nya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya itu, juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, juga dimuliakan-Nya.

Bacaan Injil: Matius 13:44-52

“Ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu.”
Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak,13:44 “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” 13:47 “Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 13:48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 13:49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 13:50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 13:51 Mengertikah kamu semuanya itu?” Mereka menjawab: “Ya, kami mengerti.” 13:52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.”

Renungan

Kitab Suci mencatat bahwa Salomo mengasihi TUHAN dengan sungguh-sungguh. Hal itu dibuktikannya dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya. Ia mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, sebagai wujud kasihnya itu. Korban-korban bakaran itu adalah pernyataan ibadah, ucapan syukur, dan persekutuan Salomo kepada TUHAN. Ini adalah bukti pertama Salomo mengasihi TUHAN sungguh-sungguh.

Bukti kedua Salomo mengasihi TUHAN, dapat kita lihat dari permohonannya dalam doa. TUHAN mengaruniakan Salomo satu permintaan, dan Salomo memanfaatkannya. Satu permintaan Salomo adalah memohonkan hikmat supaya bisa memerintah dengan baik dan demi kebaikan rakyatnya. Salomo tidak meminta kekayaan, kekuasaan, umur panjang, dll. Ini menunjukkan bahwa Salomo tidak mementingkan diri sendiri, tetapi peduli kepada rakyatnya yang begitu banyak. Dengan hikmat dari TUHAN, Salomo mensejahterakan umat Tuhan. Salomo mengasihi umat TUHAN karena Salomo mengasihi TUHAN! Bukti kedua ini diteguhkan dengan konfirmasi dari TUHAN sendiri.

Salomo mengasihi Tuhan bukan sekadar melalui kata-kata tetapi dengan tindakan konkret. Apakah kita mengasihi Tuhan? Apa bukti nyata kita mengasihi Tuhan? Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita menaati firman-Nya, dan setia beribadah kepada-Nya. Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita juga mengasihi sesama kita, dan kita akan meminta hal-hal yang terbaik bukan untuk diri sendiri melainkan untuk orang lain.

Bacaan II, Paulus memberikan penghiburan kepada orang Kristen saat mengalami kesesakan. Hiburan apakah yang dapat menguatkan orang Kristen yang sedang menderita berat karena imannya? Ketika Paulus menulis surat ini, sebagian besar orang percaya di kota Roma, sedang atau akan mengalami penderitaan dahsyat. Paulus sendiri berulangkali mengalami penderitaan. Maka nasihat yang ia berikan ini bukan omong kosong, tetapi prinsip teologis penting yang teruji.

Paulus tidak menghadapi penderitaan dengan menyangkali faktanya atau mengelakkannya. Orang Kristen yang setia kepada Kristus dan kehendak-Nya pasti harus menanggung berbagai bentuk penderitaan. Penderitaan tidak untuk dihindari, tetapi dihadapi dengan kebenaran firman. Dengan cara itu orang Kristen beroleh kekuatan yang membuat mereka dapat bertahan secara kreatif. Kebenaran apa yang Paulus bukakan? Kreatif seperti apa yang dimungkinkan Allah bagi orang Kristen yang sedang menderita?

Fakta penderitaan kini harus dihadapi dengan fakta kemuliaan kelak yang akan Tuhan nyatakan bagi anak-Nya. Sedahsyat segelap apa pun penderitaan yang kita alami dan kekelaman perasaan yang diakibatkannya, tidak dapat dibandingkan dengan perjumpaan kita dengan Tuhan kelak dan fakta kita akan bersama-Nya kekal. Penderitaan dapat menjadi alat Tuhan mengobarkan pengharapan iman yang kreatif. Tema ini sudah Paulus uraikan sebelumnya (Rm. 5:3-5), dalam kasih karunia kita jalani penderitaan agar tumbuh ketekunan, tahan uji, pengharapan. Harapan itu lebih penuh lagi sebab seluruh alam semesta yang telah dirusak dosa ini pun kelak akan dimurnikan dari dosa (Rm. 8:21-23). Paulus juga mengingatkan kekuatan itu datang bukan hanya dari berpegang pada konsep kebenaran, tapi dari Roh Kudus. Roh kekudusan dan kekuatan dari Allah menjadi Penghibur, Penopang, Penasihat. Ia pendamping dan rekan doa tepercaya sepanjang kita menjalani dunia nestapa ini.

Paulus memberikan penghiburan bagi kita semua anak-anak Tuhan ketika kita semua harus menderita dalam hidup ini. Pertama Allah akan mendatangkan kebaikan dari semua kesesakan, pencobaan, penganiayaan, dan penderitaan. Hal yang baik yang dikerjakan Tuhan menjadikan kita serupa dengan gambaran Kristus dan akhirnya menghasilkan kemuliaan bagi kita. Kedua, janji ini terbatas bagi mereka yang mengasihi Allah dan telah menyerahkan diri kepada-Nya melalui iman kepada Kristus. Ketiga, “dalam segala sesuatu” tidak termasuk dosa atau kelalaian kita, sebab tidak seorang pun yang dapat membenarkan dosa dengan mengatakan bahwa Allah akan mendatangkan kebaikan daripadanya.

Firman dan Roh sumber penghiburan dan kekuatan kekal dalam penderitaan sementara kita.

Injil Matius 13:44-52 memuat tiga perumpamaan : harta terpendam, mutiara yang berharga (ayat 44-46), dan tentang pukat (ayat 47-52). Kehadiran Tuhan Yesus di dunia adalah untuk menghadirkan Kerajaan Surga supaya Allah meraja dalam kehidupan manusia. Kerajaan Surga seumpama harta yang terpendam dan ditemukan orang, dan karena harta itu sangat berharga maka orang yang menemukannya mempertaruhkan segala miliknya untuk mendapatkannya. “Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu” (ayat 44a, 46). Karena Kerajaan Surga adalah “harta yang paling berharga” dalam kehidupan manusia maka mempertaruhkan seluruh hidup demi mendapatkan Kerajaan Sorga menjadi prioritas, nilai yang tertinggi, dalam kehidupan kita. Komitmen yang total sangat dibutuhkan untuk “mendapatkan” Kerajaan Surga dan bila kita telah mendapatkannya maka sukacita akan dianugerahkan kepada kita.

Tuhan Yesus mengakhiri wejangan-Nya dengan memaparkan perumpamaan tentang pukat. “Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang” (ayat 47-48). Perumpamaan tentang pukat ini menyampaikan gagasan bahwa untuk “memiliki” Kerajaan Surga dibutuhkan kemampuan untuk melihat tindakan baru Allah dalam Kristus, suatu hati dan tindakan yang bijaksana. Seperti Salomo meminta kebijaksanaan kepada Allah, “Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?” (1 Raj 3:9). Semoga Kerajaan Surga menjadi PRIORITAS UTAMA dalam hidup saudara-saudari sehingga “mengalami dan memiliki” Allah yang meraja.

DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan (Kyrios) segala ciptaan. Engkau kekal, namun selalu baru. Aku memuji Dikau, ya Tuhan dan Allahku, untuk hikmat-kebijaksanaan-Mu dan meluhurkan Dikau untuk kasih-Mu yang selalu hadir dalam diriku. Terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu. Jagalah aku agar tetap menjadi murid-Mu yang setia, ya Tuhan. Amin.

 Harta

Renungan Sabtu, 26 Juli 2014

Renungan Sabtu, 26 Juli 2014; Hari Biasa; Pekan Biasa XVI

Pw. St Yoakim dan St. Anna, orangtua SP. Maria

Bacaan I : Sir. 44:1,10-15

44:1 Dan sekarang kami hendak memuji orang-orang termasyhur, para nenek moyang kita menurut urut-urutannya.
44:10 Tetapi yang berikut ini adalah orang kesayangan, yang kebajikannya tidak sampai terlupa; 44:11 semuanya tetap tinggal pada keturunannya sebagai warisan baik yang berasal dari mereka. 44:12 Keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula keadaannya. 44:13 Keturunan mereka akan tetap tinggal untuk selama-lamanya, dan kemuliaannya tidak akan dihapus. 44:14 Dengan tenteram jenazah mereka ditanamkan, dan nama mereka hidup terus turun-temurun. 44:15 Bangsa-bangsa bercerita tentang kebijaksanaannya, dan pujian mereka diwartakan jemaah.

Mzm 132:11,13-14,17-18

Bacaan Injil : Mat 13:16-17

13:16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. 13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.

Renungan:

Kutipan dari Kitab Sirakh ini hendaknya kita renungkan dan hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita sebagai orang beriman. Kita semua orang beriman dipanggil untuk mengusahakan cara hidup dan cara bertindak yang bijaksana atau bijak. Apa yang bijak atau bijaksana senantiasa menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Salah satu bentuk keutamaan yang bijaksana adalah kasih pengampunan, sebagaimana telah dihayati dan diajarkan oleh Yesus, Guru dan Tuhan kita. Di dalam puncak penderitaanNya di kayu salib, Ia tidak balas dendam kepada mereka yang menyalibkan, melainkan mengampuni mereka dengan berdoa “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34). Ia konskwen dengan apa yang Ia ajarkan “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu ” (Mat 5:44). Orang bijak atau bijaksana adalah satu dalam kata dan tindakan, apa yang ia katakan itu juga yang ia lakukan. Pada masa kini cukup banyak pemimpin berkata-kata bagus dan baik, mengajarkan apa yang baik, namun mereka sendiri tidak melakukannya. Maka kami berharap kepada para pemimpin di tingkat kehidupan macam apapun untuk dapat menjadi teladan dalam satu kata dan tindakan; hendaknya apa yang anda katakan juga diusahakan dengan rendah hati untuk dihayati atau dilaksankan. Jika demikian adanya maka “bangsa-bangsa berceritera tentang kebijaksanaannya, dan pujian mereka diwariskan jemaah”. Semoga demikian juga terjadi dalam diri para orangtua, yaitu senantiasa dikenang oleh keturunannya, anak-cucu-cicit mereka, karena bijaksana.

Injil hari ini yang terdiri hanya 2 ayat, merupakan ayat penutup dalam perumpamaaan Yesus tentang penabur. Banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” Di balik pernyataan Yesus ini tersirat dua pertanyaan mendasar: apa yang dilihat atau didengar? Dan mengapa tidak dapat melihat atau mendengarnya? Sudah pasti apa yang dilihat atau didengar ini bukan sesuatu yang kasat mata, atau material-fisik yang dapat diindrai saja, melainkan sesuatu yang non material, yang metafisik. Maka, untuk memahaminya tidak cukuplah dengan indra lahiriah; dibutuhkan mata hati, mata iman, indra batiniah.

Banyak orang yang berhenti dan puas pada pencapaian hal-hal yang lahiriah, terpesona oleh hal-hal fisik belaka, serta menganggap di luar itu hanya ilusi. Orang-orang seperti itu tidak akan pernah dapat melihat apa yang orang beriman lihat; tidak akan pernah memahami apa yang didengar oleh orang yang membuka dirinya bagi sesuatu yang adikodrati. Namun, tidak berarti semua orang yang beriman pun otomatis bisa menangkap kebenaran-kebenaran adikodrati yang Yesus maksudkan ini. Hanya mereka yang fokus, yang bersedia meninggalkan ketertarikan lahiriah, dan menghayati keutamaan-keutamaan Yesus sajalah yang mampu melihat dengan benar dan menangkap kehendak Yang Ilahi. Dan mereka itulah ”yang berbahagia”.

Santo Yoakim dan Santa Ana, orangtua S.P. Maria yang kita rayakan hari ini, memang sungguh berbahagia, sebab mereka dengan mata batin dan iman telah menangkap maksud Ilahi dan memasrahkan Maria anak mereka kepada misteri penyelenggaraan Allah. Apakah Anda termasuk ke dalam kelompok orang ”yang berbahagia” itu?

Doa: Tuhan Yesus, aku sangat ingin Engkau menyapaku ”yang berbahagia”. Namun, aku sadar akan kelemahanku. Melekkanlah mata batinku agar senantiasa terbuka dan fokus pada rencana terbaik-Mu bagi hidupku dan sesamaku. Amin.

 

Roh Kudus 26 Juli

Renungan Jumat 25 Juli 2014

Pesta St. Yakobus, Ras

Bacaan I : 2Kor 4:7-15

4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. 4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; 4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. 4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. 4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. 4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu. 4:13 Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. 4:14 Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya. 4:15 Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.

Mzm 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6

Bacaan Injil : Mat 20:20-28

Permintaan ibu Yakobus dan Yohanes Bukan memerintah melainkan melayani
20:20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 20:21 Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” 20:22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” 20:23 Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” 20:24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. 20:25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 20:26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 20:27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; 20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Renungan:

Injil dan pemberitanya
Paradoks adalah pernyataan yang seolah-olah bertentangan dengan pendapat umum, tetapi sesungguhnya mengandung kebenaran. Dalam nas ini, terlihat paradoks antara harta Injil yang tak ternilai dan pemberita Injil yang tak bernilai, yang Paulus sebut “bejana tanah liat”. Kerentanan “bejana tanah liat” itu terlihat saat Paulus menjalankan misinya. Namun ada maksud ilahi di dalamnya, yaitu supaya orang bisa memahami bahwa kekuatan itu dari Allah saja asalnya. Maka meski Paulus ditekan dari berbagai sisi, tetap tidak bisa sepenuhnya disudutkan. Tidak pernah sampai tidak ada ruang untuk bergerak lagi, tidak pernah sampai ada kata “menyerah”.

Meski berisiko nyawa, Tuhan selalu menyelamatkan dia dari keputusasaan dan kehancuran. Sebagaimana penderitaannya bagaikan penderitaan Kristus, maka kelepasan yang berulang-ulang dia alami juga merupakan bukti kuasa kebangkitan Tuhan. Kuasa itu tampak saat Paulus tidak putus asa waktu menghadapi maut dan perlawanan musuhnya. Iman akan kuasa itu membuat Paulus tidak akan diam saja. Pengalaman itu menguatkan jemaat Korintus, supaya kebangkitan Kristus yang telah dia alami akan membangkitkan juga orang percaya di Korintus. Maka penderitaan yang Paulus alami akan berujung pada kemuliaan Allah.

Kita tentu tidak pernah berharap mengalami penderitaan di dalam pelayanan. Mungkin kita juga tidak bisa memahami “mengapa harus ada rintangan bagi orang yang melayani?” Wawasan dan pengalaman Paulus dalam penderitaannya, menolong kita memahami bahwa ada maksud Tuhan di balik semua itu. Karena di dalam kesulitan itulah, kita ambil bagian dalam penderitaan Kristus karena pelayanan-Nya. Lebih dari itu, kita juga akan mengalami kemenangan-Nya atas semua penderitaan itu. Sebab itu, jangan pernah mundur karena adanya tantangan dalam pelayanan. Ingatlah, Allah akan dimuliakan melalui pelayanan Anda!

Injil hari ini berhubungan dengan hal, Siapa duduk di “sebelah kiri dan kanan” Tuhan?

Wajarlah jika Yohanes dan Yakobus berharap bisa mendampingi Tuhan Yesus dalam kerajaan-Nya. Mereka adalah murid terdekat-Nya dan telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengiring Dia.

Persoalannya adalah mereka tidak peka akan perasaan Tuhan Yesus. Permintaan ini disampaikan pada saat Tuhan Yesus sedang menggumuli penderitaan yang akan dialami-Nya di atas salib. Mereka tidak memahami makna di balik penderitaan-Nya. Bagi mereka, Tuhan Yesus akan menjadi raja yang perkasa yang mengenyahkan penjajah Romawi dan mendirikan kerajaan-Nya di bumi ini. Maka kelak mereka pun akan memerintah bersama-Nya. Seandainya mereka mengerti bahwa Tuhan Yesus bukanlah Raja Yahudi seperti yang mereka harapkan, pasti mereka tidak akan menyanggupi meminum cawan penderitaan Tuhan Yesus itu. Kemarahan sepuluh murid lainnya terhadap Yohanes dan Yakobus menunjukkan bahwa sebenarnya mereka pun berpikiran yang sama.

Tuhan Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Surga berbeda dengan pemerintahan dunia. Menurut hukum dunia, siapa yang berkuasa, dialah yang dilayani. Akan tetapi, dalam Kerajaan Surga, siapa yang mau melayani orang lain justru dialah yang terbesar. Tuhan Yesus sendiri menyatakan keteladanan-Nya dengan melepaskan hak untuk dilayani supaya bisa melayani manusia. Bahkan Ia rela mati sebagai tebusan demi keselamatan setiap orang.

Pada umumnya, manusia ingin berkuasa karena kekuasaan identik dengan dilayani, hidup enak, kaya, terkenal, dsb. Kalau perlu hal itu diperoleh dengan cara menjegal sesama atau menindas kebenaran demi mendapatkan posisi tertinggi. Kalau hal demikian dilakukan juga dalam gereja dan pelayanan, berarti kita telah menyalahartikan dan menyalahgunakan kekuasaan dalam Tuhan.

Ingatlah: Berkuasa berarti kesempatan melayani Tuhan dan sesama.

DOA: Tuhan Yesus, tolonglah aku agar dapat mengalami kasih-Mu setiap hari. Aku membawa semua dosaku ke hadapan hadirat-Mu agar Engkau dapat memurnikan aku dan mengajar aku untuk mengikuti jejak-Mu. Amin.

Yakobus

Renungan Kamis, 24 Juli 2014

Renungan Kamis, 24 Juli 2014, Hari Biasa, Pekan Biasa XVI

St. Sharbel Makhluf, Im; Beato Niceforus, dkk.Mrt; Beato Yohanes Soret, Im Beata Tiga Martir dr Guadalajara, PrwMrt; Beata Luisa dr Savoyen, biarw.

Bacaan I : Yer 2:1-3,7-8,12-13

Israel murtad kepada TUHAN
2:1 Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: 2:2 “Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya. 2:3 Ketika itu Israel kudus bagi TUHAN, sebagai buah bungaran dari hasil tanah-Nya. Semua orang yang memakannya menjadi bersalah, malapetaka menimpa mereka, demikianlah firman TUHAN.
2:7 Aku telah membawa kamu ke tanah yang subur untuk menikmati buahnya dan segala yang baik dari padanya. Tetapi segera setelah kamu masuk, kamu menajiskan tanah-Ku; tanah milik-Ku telah kamu buat menjadi kekejian. 2:8 Para imam tidak lagi bertanya: Di manakah TUHAN? Orang-orang yang melaksanakan hukum tidak mengenal Aku lagi, dan para gembala mendurhaka terhadap Aku. Para nabi bernubuat demi Baal, mereka mengikuti apa yang tidak berguna.
2:12 Tertegunlah atas hal itu, hai langit, menggigil dan gemetarlah dengan sangat, demikianlah firman TUHAN. 2:13 Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.

Mzm 36:6-7ab,8-9,10-11

Bacaan Injil : Mat 13:10-17

13:10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” 13:11 Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. 13:12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 13:13 Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. 13:14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. 13:15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. 13:16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. 13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.

Renungan:

Bacaan I, bangsa Israel “Mengejar kesia-siaan”
Meninggalkan Allah Sang Sumber Kehidupan dan mencari andalan lain yang tidak dapat mengaruniakan kehidupan adalah kebodohan. Karena itu dosa pun menghasilkan kehancuran ngeri. Sampai langit diperintahkan Allah untuk menggigil dan gemetar mengabarkan kebobrokan dan kehancuran yang sedang dituai oleh umat.

Hubungan Allah dan umat Israel adalah hubungan kasih layaknya suami dan istri. Allah yang telah menjadikan umat Israel dari budak Mesir menjadi umat kekasih-Nya menginginkan Israel bertumbuh dalam kasih dan setia. Dengan kudus dan setia kepada Allah di dalam kehidupan yang mempermuliakan Allahlah umat Allah memperoleh kemurahan di tengah-tengah bangsa-bangsa lain. Dosa adalah pengkhianatan terhadap hubungan cinta dengan Allah. Hal tersebut menyakiti hati Allah. Bagaikan suami yang dikhianati istri yang menyeleweng, Allah kini mempertanyakan cinta pertama umat. Dosa membuat kekudusan yang semula umat miliki di hadapan Allah menjadi sirna. Akibatnya umat pun kehilangan status terhormat di tengah dunia. Siapakah yang dituding Allah sebagai pelopor semua kondisi buruk ini? Para imam yang seharusnya menjadi para pemimpin dalam bidang hukum, para gembala dan para nabi. Sebaliknya dari membuat Allah diperlukan oleh umat, mereka memberi contoh buruk. Dosa adalah kebodohan yang menghasilkan kesia-siaan.

Jangan sekali-kali meninggalkan Tuhan demi apa pun karena hal itu sama saja dengan meninggalkan sumber hidup sejati demi kesia-siaan yang menuju kebinasaan. Sebaliknya, pertahankan cinta pertama Anda pada Tuhan dengan memelihara terus-menerus persekutuan intim dalam firman dan doa. Ingat dan hayati senantiasa anugerah pengurbanan Kristus di salib melalui ibadah dan sakramen kudus-Nya.

Kristus berkata, “Akulah pokok anggur yang benar dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku…ia berbuah banyak…” (Yoh. 15:5).

Injil Hari ini kita diminta untuk “Percaya dan mengerti.”
Proses beriman mirip proses belajar. Di sekolah kita belajar banyak hal yang belum kita mengerti. Ketika kita tidak mengerti suatu pelajaran, seharusnya tanggapan kita adalah bertanya. Jadi, orang yang tumbuh dalam pengertiannya adalah orang yang memelihara sikap haus belajar dan berani bertanya.

Para murid tidak mengerti mengapa Yesus mengajar dengan perumpamaan. Yesus memakai perumpamaan untuk beberapa fungsi. Pertama, untuk menegaskan sifat rahasia Kerajaan Surga. Untuk masuk Kerajaan Surga, perlu pembukaan yang datang dari pihak Allah yang harus ditanggapi dengan iman. Jadi, inisiatif Allah mutlak diperlukan, baik untuk menyatakan rahasia Kerajaan Allah maupun untuk membimbing orang agar menanggapi pewartaan Kerajaan Allah itu dengan iman. Kedua, perumpamaan berakibat ganda. Kepada orang yang dikaruniai hati responsif akan terjadi proses bertanya, mencari, beroleh tuntunan, dan aktif mengimani. Orang itu akan mengalami pertumbuhan rohani. Untuk orang yang bebal, perumpamaan akan membuat Kerajaan Surga semakin tertutup baginya bahkan membuat orang itu mengalami proses pembutaan rohani lebih lanjut.

Dampak perumpamaan yang memisahkan pendengar ke dalam dua kelompok itu kini terjadi. Para murid langsung menyatakan ketidakmengertian mereka kepada Yesus. Ini adalah langkah iman. Akibatnya, Yesus memberikan penjelasan dan menerangi hati mereka. Orang banyak tidak demikian. Mereka bertahan dalam kegelapan pikiran dan hati mereka. Karena mereka tidak percaya, maka arti dan makna Kerajaan Allah tertutup bagi mereka. Bahkan, itu menjadi pesan penghukuman bagi mereka. Akan tetapi, bagi yang percaya perumpamaan menyingkapkan arti dan makna Kerajaan Allah.

Ingat: Peliharalah sikap terbuka untuk belajar dan diajar Tuhan, sebab itulah tanda iman yang bertumbuh.

DOA: Tuhan Yesus, aku ingin menanggapi terhadap rahmat yang Dikau tawarkan kepadaku sekarang. Ampunilah aku karena terkadang aku tidak membuka pintu hatiku dan mencoba untuk menjauh dari diri-Mu. Ya Tuhan dan Allahku, aku telah berketetapan hati untuk selalu terbuka bagi kehendak-Mu atas kehidupanku, sekarang dan selamanya. Amin.

khotbah-di-bukit-501

Renungan Rabu, 23 Juli 2014

Renungan Rabu, 23 Juli 2014, Hari Biasa, Pekan Biasa XVI

St. Birgitta, Biarw; Pw; SP. Maria Bunda Rahmat Ilahi (OCD); Beato Kunigunda

Bacaan I : Yer 1:1,4-10

Yer 1:1 Inilah perkataan-perkataan Yeremia bin Hilkia, dari keturunan imam yang ada di Anatot di tanah Benyamin.

Yeremia dipanggil dan diutus
1:4 Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: 1:5 “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” 1:6 Maka aku menjawab: “Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.” 1:7 Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: “Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. 1:8 Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.” 1:9 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: “Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu. 1:10 Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam.”

Mzm 71:1-2,3-4a,5-6ab15ab,17

Bacaan Injil : Mat 13:1-9

Perumpamaan tentang seorang penabur
13:1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. 13:2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. 13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. 13:4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. 13:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. 13:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. 13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. 13:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. 13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

Renungan:

Keluar dari batas.
Kenanglah kembali pengalaman Anda berjalan bersama Allah. Apa yang membuat Anda berkata ‘ya’ atas panggilan-Nya, berani melangkah walau terbatas, dan mempunyai hubungan yang akrab dengan-Nya?
Peristiwa panggilan Yeremia adalah suatu peristiwa yang mungkin membuat kita menggeleng-gelengkan kepala karena ketidakmengertian kita akan pemikiran dan rencana Allah. Untuk mengemban tugas yang begitu berat seharusnya dibutuhkan seorang yang luar biasa bukan? Tapi siapakah Yeremia? Ia tidak mempunyai kemampuan yang hebat, belum berpengalaman bahkan cenderung penakut. Hal yang lebih membingungkan kita lagi adalah, ketika Yeremia mengutarakan keengganan dan ketakutannya, Allah seakan-akan tidak mengindahkan perasaannya justru terkesan `memaksanya’. Kalau pun Ia memberikan dorongan dan berusaha menenteramkan hatinya, tidakkah ini terlalu minim untuk tugas yang maha berat dan sukar ini? Apalagi Allah juga tidak menjelaskan secara rinci tugas dan tanggung jawabnya.

Tetapi bila kita amati peristiwa ini dengan lebih seksama, di hadapan kita dipaparkan tentang Allah dan yang lemah, Allah yang senantiasa berhitung dan Allah yang menjumpai dan menyentuh anak-Nya. Allah ingin memperlihatkan kepada manusia bahwa kuat, hebat, mampu, dan berani bukan sumber keberhasilan tapi Dia. Namun ini tidak berarti bahwa Allah asal memakai siapa saja yang lemah. Sebaliknya Ia telah mengenal, menguduskan, dan menetapkan sebelum memanggil seseorang. Allah telah berhitung dan tentu saja perhitungan-Nya tidak mungkin meleset. Tidak cukup sampai di sini, setelah ungkapan keengganan Yeremia: “Ah Tuhan Allah!” Allah menjumpai Yeremia dengan firman-Nya dan memberikan sentuhan kepada titik kelemahan Yeremia. Hasilnya sangat luar biasa. Sejak saat itu mulutnya dipakai Allah untuk memekakkan telinga umat Allah yang murtad dan firman-Nya merupakan sumber kekuatan dan sukacitanya.
Allah telah mengundang dan menarik Yeremia untuk melangkah keluar dari keterbatasan yang dimilikinya bersama diri-Nya. Adakah keterbatasan-keterbatasan di dalam diri Anda yang Allah minta agar Anda melangkah melewati bersama diri-Nya?

Penabur yang disampaikan dalam Injil hari ini bermakna tentang dampak pemberitaan Firman. Yesus makin populer. Orang berbondong-bondong mencari Dia. Mungkin mereka ingin mengalami berbagai tanda mukjizat yang sanggup Ia lakukan dan telah tersiar luas kabarnya. Mungkin juga mereka memang terpesona oleh ajaran-ajaran-Nya yang penuh hikmat dan kuasa. Justru dalam situasi itu Yesus memberikan perumpamaan penabur. Maksudnya jelas untuk menantang mereka memeriksa diri, tipe tanah bagaimanakah mereka.

Penabur dalam perumpamaan ini adalah pemberita firman tentang Kerajaan Surga yaitu Yesus. Yesus tentu menginginkan agar semua yang mendengar ajaran-Nya mengalami pembaruan hidup. Namun, dengan perumpamaan ini, Yesus memberikan peringatan bahwa mungkin sekali orang banyak yang tertarik mengerumuni Dia itu tidak murni menyambut-Nya.

Ada empat kemungkinan tipe tanggapan orang terhadap Yesus yang diwakili oleh empat jenis tanah penerima benih. Tanah di pinggir jalan, tanah berbatu-batu, tanah bersemak duri, dan tanah yang baik. Tiga yang pertama menunjukkan penerimaan yang tidak benar terhadap Yesus dan firman-Nya sehingga tidak mengeluarkan pembaruan hidup. Mereka adalah yang tidak percaya dan tidak mengerti firman Yesus, yang tidak bersedia melaksanakan konsekuensi yang dituntut oleh firman dan yang hatinya penuh kekuatiran duniawi. Hanya satu jenis tanggapan yang menghasilkan buah pembaruan hidup yaitu yang menyambut benih dengan segenap hati.
Tiga jenis respons terhadap firman Yesus ini tidak saja terjadi dulu di antara pendengar Yesus. Ketiganya juga ada di kalangan orang yang menganggap diri Kristen atau terlibat dalam kehidupan bergereja. Perumpamaan Yesus memaksa pendengar-Nya untuk memeriksa diri. Kini pun kita didesak untuk memeriksa apakah tanggapan iman kita sejati?

DOA: Bapa surgawi, bukalah hatiku bagi kuat-kuasa firman-Mu untuk memperbaharui aku. Jadilah pelitaku, jalanku dan hidupku. Ajarlah aku bagaimana berdiam dalam firman-Mu dan mengikuti Yesus, Penebusku dan Guruku. Amin.

Yesus 23 Juli